Dicky Kartikoyono Uji Kelayakan Calon Deputi Gubernur BI, Tekankan Ketidakpastian Ekonomi

Dicky Kartikoyono Uji Kelayakan Calon Deputi Gubernur BI, Tekankan Ketidakpastian Ekonomi

Dicky Kartikoyono Uji Kelayakan Calon Deputi Gubernur BI, Tekankan Ketidakpastian Ekonomi

Dicky Kartikoyono, calon Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) periode 2025-2030, menjalani uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) di hadapan Komisi XI DPR RI, menyoroti ketidakpastian ekonomi global dan domestik yang membayangi Indonesia. Dicky, yang saat ini menjabat sebagai Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, merupakan salah satu kandidat yang diproyeksikan menggantikan Doni Primanto Joewono, yang masa jabatannya akan berakhir pada 11 Agustus 2025. Dalam presentasinya di hadapan para anggota dewan, Dicky menggambarkan lanskap ekonomi dunia yang penuh tantangan, ditandai oleh ketidakstabilan geopolitik, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan polarisasi ekonomi yang semakin tajam.

"Geopolitiknya, kemudian ketidakpastian perekonomian, pertumbuhan ekonomi melemah, dan polarisasi ekonomi tentu mengakibatkan banyak perubahan," ujar Dicky di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, pada Selasa, 1 Juli 2025. Pernyataan ini menggarisbawahi kesadaran Dicky akan kompleksitas tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.

Dicky mengibaratkan perekonomian Indonesia sebagai sebuah bahtera besar yang harus dikawal dengan cermat di tengah badai ketidakpastian. Untuk itu, ia mengusung visi "Meretas Gelombang Menuju Indonesia Maju dengan Transformasi Digital." Visi ini mencerminkan keyakinan Dicky bahwa transformasi digital dan pengembangan sistem pembayaran yang modern dan efisien merupakan kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berdaulat.

Untuk mewujudkan visi tersebut, Dicky menjabarkan tiga misi utama. Pertama, membangun fondasi ekonomi yang berdaya tahan dan efisien. Misi ini menekankan pentingnya memperkuat fundamental ekonomi Indonesia agar mampu menghadapi guncangan eksternal dan internal. Kedua, membangun ekonomi keuangan digital yang sehat dan tepercaya. Misi ini menyoroti perlunya menciptakan ekosistem keuangan digital yang aman, efisien, dan inklusif, yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketiga, mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, inovatif, dan berdaulat. Misi ini menekankan pentingnya memastikan bahwa manfaat pertumbuhan ekonomi dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, serta mendorong inovasi dan kemandirian ekonomi.

"Kuncinya kembali adalah akses keuangan kepada UMKM yang merata di seluruh wilayah, tentu UMKM menjadi engine yang akan cukup besar mendorong pertumbuhan," kata Dicky. Pernyataan ini menegaskan komitmen Dicky untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Ia menyadari bahwa UMKM memiliki potensi besar untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mendorong inovasi.

Selain menyoroti tantangan global, Dicky juga menyinggung permasalahan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung stagnan dalam beberapa dekade terakhir. Ia membandingkan kinerja ekonomi Indonesia di masa lalu, ketika pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 7,5 persen berkat booming minyak (oil boom) dan 6,3 persen pada era orde baru berkat sektor manufaktur. Namun, saat ini, di tengah berbagai tantangan, pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam stagnan di kisaran 4-5 persen.

"Sekarang di mana kita sedang berhadapan dengan banyak sekali tantangan, pertumbuhan kita terancam, cenderung stagnan 4-5 persen," ujar Dicky. Pernyataan ini mengindikasikan kekhawatiran Dicky terhadap potensi perlambatan ekonomi Indonesia jika tidak ada langkah-langkah strategis yang diambil untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada.

Dicky juga menyoroti penurunan peringkat daya saing Indonesia dalam laporan World Competitiveness Ranking 2025 yang diterbitkan oleh International Institute for Management Development World Competitive Center (IMD WCC). Dalam laporan tersebut, daya saing Indonesia merosot ke peringkat 40 dari 69 negara, padahal sebelumnya Indonesia menempati peringkat 27 pada tahun 2024. Penurunan peringkat ini menjadi sinyal peringatan bagi Indonesia untuk segera melakukan perbaikan di berbagai bidang agar dapat bersaing dengan negara-negara lain di dunia.

"Global kalau kita tidak sikapi dengan bijaksana, ini tentu akan memberikan implikasi yang berat buat perekonomian kita, tapi kami tidak akan menyerah," tegas Dicky. Pernyataan ini menunjukkan komitmen Dicky untuk terus berjuang demi kemajuan ekonomi Indonesia, meskipun menghadapi berbagai tantangan yang berat.

Dicky menekankan pentingnya kolaborasi antara kementerian, lembaga, dan DPR RI dalam mengatasi berbagai tantangan ekonomi. Ia meyakini bahwa dengan bersinergi dan bekerja sama, Indonesia dapat memanfaatkan potensi yang ada untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Dicky juga menyoroti potensi ekonomi Indonesia yang besar, dengan suku bunga yang relatif kompetitif sebesar 5,5 persen.

Namun, Dicky juga mengakui bahwa produktivitas Indonesia masih terbatas dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Ia juga menyoroti tantangan dalam pemerataan akses internet di seluruh wilayah Indonesia, yang dapat menghambat transformasi digital dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, Dicky juga menyoroti keterbatasan akses pembiayaan bagi UMKM, yang merupakan salah satu kendala utama dalam pengembangan sektor ini.

Di sisi lain, Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen. Dicky meyakini bahwa target tersebut dapat dicapai jika Indonesia mampu memanfaatkan potensi transformasi digital dan melakukan reformasi struktural.

"Di mata kami, salah satu potensi pertumbuhan ekonomi yang bisa membuka peluang untuk tumbuh lebih tinggi adalah transformasi digital, tentu diikuti dengan reformasi struktural," kata Dicky. Pernyataan ini menegaskan keyakinan Dicky bahwa transformasi digital dan reformasi struktural merupakan kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan.

Dicky meyakini bahwa target pertumbuhan ekonomi 8 persen dapat tercapai jika seluruh potensi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki sumber daya manusia Indonesia dikerahkan. Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersatu dan bekerja sama dalam mewujudkan visi Indonesia Maju.

"Kalau misalnya kita akumulasikan segala bentuk knowledge dalam kementerian, lembaga, dan semua kekuatan yang ada pada talent-talent muda kita, kami berkeyakinan bahwa 8 persen bukan sesuatu yang mustahil," pungkas Dicky. Pernyataan ini menjadi penutup yang optimis dari presentasi Dicky, yang menunjukkan keyakinannya akan kemampuan Indonesia untuk mengatasi berbagai tantangan dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Uji kelayakan dan kepatutan ini menjadi momentum penting bagi Dicky untuk meyakinkan Komisi XI DPR RI bahwa ia memiliki kompetensi dan visi yang tepat untuk memimpin Bank Indonesia dalam menghadapi tantangan ekonomi global dan domestik yang kompleks. Hasil dari uji kelayakan dan kepatutan ini akan menjadi pertimbangan penting bagi DPR RI dalam memberikan persetujuan terhadap pencalonan Dicky sebagai Deputi Gubernur BI.

Dicky Kartikoyono Uji Kelayakan Calon Deputi Gubernur BI, Tekankan Ketidakpastian Ekonomi

More From Author

Demo Sopir Truk Lumpuhkan Jalan Medan Merdeka Selatan, Kebijakan ODOL Jadi Pemicu Utama.

MA Kabulkan PK Setya Novanto: Hukuman Penjara Dipotong Jadi 12,5 Tahun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *