
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo secara resmi telah melepas jabatan Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Wakapolri) yang selama ini diemban oleh Komjen Pol. Ahmad Dofiri. Keputusan ini memunculkan pertanyaan besar mengenai siapa sosok yang akan mengisi posisi strategis tersebut, mengingat peran Wakapolri yang sangat vital dalam struktur kepemimpinan Korps Bhayangkara. Pelepasan jabatan ini terjadi sebelum masa pensiun Komjen Dofiri yang sebenarnya baru jatuh pada Juni 2025, mengindikasikan adanya pergeseran tugas dan tanggung jawab di internal Polri.
Komjen Pol. Ahmad Dofiri, seorang perwira tinggi Polri kelahiran Indramayu, 4 Juni 1967, merupakan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1989. Selama menjabat sebagai Wakapolri sejak 16 Februari 2023, Komjen Dofiri telah menunjukkan dedikasi dan pengalaman yang luas. Sebelumnya, ia mengemban tugas penting sebagai Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri. Karier panjangnya di kepolisian meliputi berbagai posisi krusial, mulai dari Kapolda Banten, Kapolda DI Yogyakarta, hingga Kapolda Jawa Barat. Pengalamannya yang beragam, baik di bidang operasional, pembinaan, maupun pengawasan, menjadikan Komjen Dofiri sebagai salah satu perwira terbaik yang dimiliki Polri. Peranannya sebagai Wakapolri sangat menonjol dalam mendukung Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, terutama dalam menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat, serta menjalankan reformasi internal Polri. Keputusannya untuk meninggalkan jabatan Wakapolri lebih awal dari masa pensiunnya adalah karena Komjen Dofiri mendapatkan amanah baru yang tidak kalah penting, yaitu sebagai Inspektur Jenderal (Irjen) di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam). Pergeseran ini menunjukkan kepercayaan pemerintah terhadap kapabilitas Komjen Dofiri untuk berkontribusi di ranah yang lebih luas dalam menjaga koordinasi antarlembaga di sektor polhukam.
Dengan resminya Komjen Ahmad Dofiri melepas jabatannya sebagai Wakapolri, posisi tersebut kini otomatis kosong. Pertanyaan mendesak yang muncul di kalangan pengamat dan publik adalah, siapa sosok yang paling tepat dan kredibel untuk mengisi kekosongan jabatan ini? Wakapolri adalah posisi tertinggi kedua di institusi Polri, yang bertanggung jawab langsung kepada Kapolri. Peran Wakapolri tidak hanya sebatas membantu Kapolri dalam pelaksanaan tugas dan wewenang, tetapi juga mengoordinasikan seluruh unit kerja di bawah Mabes Polri, mengawasi pelaksanaan kebijakan, serta mewakili Kapolri jika berhalangan. Oleh karena itu, sosok yang menempati jabatan ini haruslah seorang perwira tinggi dengan integritas tinggi, rekam jejak cemerlang, pengalaman luas, dan kemampuan kepemimpinan yang mumpuni.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di tubuh Polri, posisi Wakapolri harus diisi oleh seorang jenderal bintang tiga atau Komisaris Jenderal Polisi (Komjen Pol.). Hal ini berarti kandidat pengganti Komjen Dofiri akan berasal dari dua kategori utama: perwira tinggi yang saat ini sudah mengemban pangkat bintang tiga, atau perwira tinggi bintang dua (Irjen Pol.) yang dianggap memenuhi syarat untuk naik pangkat menjadi bintang tiga dan kemudian diangkat sebagai Wakapolri.
Saat ini, setelah Dofiri meninggalkan jabatannya, terdapat setidaknya 24 jenderal bintang tiga di Polri yang mengisi berbagai jabatan strategis, baik di internal Polri maupun di luar struktur Polri. Jumlah ini memberikan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo banyak pilihan untuk menunjuk wakilnya. Beberapa nama mencuat dan menjadi sorotan publik sebagai kandidat kuat, berdasarkan rekam jejak, pengalaman, dan angkatan mereka di Akpol.
Salah satu nama yang paling sering disebut adalah Komjen Pol. Dedi Prasetyo. Saat ini, Komjen Dedi menjabat sebagai Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri, sebuah posisi yang sangat strategis dalam pengawasan internal institusi. Komjen Dedi merupakan lulusan Akpol tahun 1990. Kariernya di Polri sangat cemerlang dan bervariasi. Sebelum menjadi Irwasum, ia pernah menjabat sebagai Asisten SDM Kapolri (2023-2024), Kepala Divisi Humas Polri (2021-2023), Kapolda Kalimantan Tengah (2020), Karobinkar SSDM Polri (2019), Karopenmas Divhumas Polri (2018), dan Wakapolda Kalimantan Tengah (2017). Pengalamannya yang luas di bidang sumber daya manusia, komunikasi publik, dan kepemimpinan kewilayahan, serta pengawasan, menjadikannya kandidat yang sangat kuat. Kemampuannya dalam berkomunikasi dan membangun citra positif Polri di mata publik juga menjadi nilai tambah yang signifikan.
Nama lain yang tak kalah santer disebut adalah Komjen Pol. Wahyu Widada. Beliau saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri, posisi vital dalam penegakan hukum dan pemberantasan kejahatan. Komjen Wahyu Widada adalah peraih penghargaan Adhi Makayasa atau lulusan terbaik Akpol tahun 1991, menunjukkan kecerdasan dan kepemimpinan yang menonjol sejak awal kariernya. Deretan jabatan penting yang pernah diembannya sangat impresif. Ia pernah menjabat sebagai Kapolsek Metro Pademangan (2001), Kapolres Pekalongan (2008), Sespri Kapolri (2009), Kapolres Metro Tangerang (2010), Kapolres Metro Tangerang Kota (2011), dan Dirreskrimum Polda Banten (2013). Beberapa tahun kemudian, Komjen Wahyu dipercaya mengisi posisi bergengsi sebagai Staf Kepresidenan (2015), Wakapolda Riau (2018), Kapolda Gorontalo (2019), Kapolda Aceh (2020), dan Kabaintelkam (2023) sebelum akhirnya menjabat Kabareskrim. Latar belakangnya yang kuat di bidang reserse, intelijen, dan pengalaman kepemimpinan di berbagai Polda, menunjukkan kemampuannya dalam menghadapi tantangan kompleks dan mengambil keputusan strategis. Statusnya sebagai peraih Adhi Makayasa juga seringkali menjadi indikator potensi kepemimpinan tertinggi di masa depan.
Selain Komjen Dedi Prasetyo dan Komjen Wahyu Widada, beberapa nama Komjen Pol. lainnya juga patut dipertimbangkan sebagai kandidat potensial Wakapolri. Mereka adalah perwira tinggi yang memiliki rekam jejak dan pengalaman yang tidak kalah mumpuni. Beberapa di antaranya meliputi:
- Komjen Pol. Suntana: Saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Keamanan (Kabaintelkam) Polri. Lulusan Akpol 1989 ini memiliki pengalaman luas di bidang intelijen dan keamanan, serta pernah menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat dan Kapolda Lampung. Pengalamannya dalam analisis strategis dan penanganan ancaman keamanan nasional sangat relevan.
- Komjen Pol. Purwadi Ariyanto: Menjabat sebagai Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Kalemdiklat) Polri. Lulusan Akpol 1988 ini memiliki latar belakang yang kuat dalam pengembangan sumber daya manusia dan pendidikan kepolisian, yang sangat penting untuk regenerasi dan peningkatan kualitas personel Polri. Ia juga pernah menjabat sebagai Kapolda Lampung.
- Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel: Saat ini Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Lulusan Akpol 1988 dan peraih Adhi Makayasa ini memiliki rekam jejak yang solid dalam penanganan terorisme dan keamanan, serta pernah menjabat sebagai Kapolda Sumatera Utara, Kapolda Jawa Tengah, dan Gubernur Akpol.
- Komjen Pol. Fadil Imran: Menjabat sebagai Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabaharkam) Polri. Lulusan Akpol 1991 ini dikenal memiliki pengalaman operasional yang kuat, terutama saat menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya dan Direktur Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri.
Selain jajaran jenderal bintang tiga, kemungkinan perwira tinggi bintang dua yang naik pangkat juga selalu terbuka. Ada sekitar 57 perwira jenderal bintang 2 di Polri saat ini, ditambah 38 Kapolda di seluruh Indonesia yang berpotensi untuk dipertimbangkan. Namun, tradisi dan senioritas seringkali menjadi faktor penentu, sehingga kandidat dari kalangan Komjen Pol. yang sudah menjabat biasanya memiliki peluang lebih besar. Jika ada Irjen Pol. yang dipilih, hal itu akan menjadi kejutan yang menunjukkan adanya regenerasi cepat atau penunjukan berdasarkan pertimbangan khusus yang sangat kuat.
Pemilihan Wakapolri tidak hanya didasarkan pada senioritas atau pangkat semata, melainkan juga melibatkan berbagai pertimbangan matang dari Kapolri dan internal Polri. Faktor-faktor seperti keselarasan visi dan misi dengan Kapolri, kemampuan manajerial, integritas, rekam jejak dalam penanganan kasus-kasus besar, serta kemampuan untuk memimpin dan menginspirasi seluruh jajaran Polri, menjadi penentu utama. Penunjukan Wakapolri yang baru akan menjadi langkah penting bagi Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam melanjutkan program-program prioritas Polri, termasuk penguatan reformasi kultural, peningkatan profesionalisme, serta menjaga stabilitas kamtibmas menjelang tahun politik dan tantangan global.
Hingga saat ini, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo belum mengumumkan secara resmi siapa Wakapolri pengganti Komjen Ahmad Dofiri. Proses pemilihan dan penetapan ini tentu memerlukan waktu dan pertimbangan yang cermat, mengingat dampak besar yang akan ditimbulkan oleh penunjukan tersebut terhadap institusi Polri dan keamanan nasional. Publik dan seluruh jajaran kepolisian menantikan keputusan Kapolri dengan penuh harap, agar sosok yang terpilih dapat melanjutkan estafet kepemimpinan dengan baik dan membawa Polri menuju arah yang lebih profesional, modern, dan dipercaya masyarakat.
