
Konsultan Politik Denny JA Diangkat Sebagai Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi
PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Subholding Upstream dari PT Pertamina (Persero), mengumumkan penunjukan konsultan politik terkemuka, Denny Januar Ali, atau yang lebih dikenal sebagai Denny JA, sebagai Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen. Pengangkatan ini menjadi sorotan publik karena latar belakang Denny JA yang selama ini dikenal sebagai tokoh di dunia politik dan survei opini publik. Bersamaan dengan penunjukan Denny JA, PHE juga mengangkat dua nama lain sebagai komisaris, yaitu Wakil Menteri Pendidikan Tinggi Stella Christi dan Wakil Kepala Staf Kepresidenan Muhammad Qodari.
Penunjukan ini secara resmi diumumkan oleh Corporate Secretary Pertamina Hulu Energi, Hermansyah Y Nasroen, yang menyatakan bahwa perubahan dalam jajaran dewan komisaris dan direksi merupakan wewenang penuh dari pemegang saham. "Pertamina Subholding Upstream tentunya mendukung dan comply pada kebijakan dan keputusan pemegang saham. Diharapkan dengan susunan baru ini dapat membawa perubahan positif dan meningkatkan profesionalitas khususnya menjaga ketahanan energi," ujar Hermansyah dalam keterangan tertulis yang dirilis pada Kamis, 10 Juli 2025.
Penunjukan Denny JA sebagai Komisaris Utama PHE menandai babak baru dalam kariernya. Selama lebih dari dua dekade, Denny JA dikenal sebagai konsultan politik yang aktif memberikan masukan strategis dalam berbagai pemilihan umum dan isu-isu politik nasional. Pengalamannya dalam membaca tren opini publik dan merumuskan strategi komunikasi politik diharapkan dapat memberikan perspektif baru dalam pengelolaan PHE, khususnya dalam menghadapi tantangan dan peluang di sektor energi.
Denny JA lahir di Palembang, Sumatera Selatan, pada tanggal 4 Januari 1963. Sebelum terjun ke dunia politik, ia menempuh pendidikan tinggi di bidang hukum di Universitas Indonesia, meraih gelar sarjana pada tahun 1989. Kemudian, ia melanjutkan studi ke Amerika Serikat, meraih gelar master dari Universitas Pittsburgh pada tahun 1994 dan gelar Ph.D di bidang Comparative Politics and Business dari Ohio University pada tahun 2001.
Karier profesional Denny JA dimulai pada tahun 2000, ketika ia mendirikan Lingkar Survei Indonesia (LSI), sebuah lembaga survei opini publik yang dengan cepat menjadi salah satu yang terkemuka di Indonesia. Melalui LSI, Denny JA aktif melakukan survei dan analisis politik yang hasilnya sering menjadi rujukan bagi para politisi, pengamat, dan media massa. Selain LSI, Denny JA juga terlibat dalam berbagai organisasi profesi, termasuk Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia (AROPI) dan Asosiasi Konsultan Politik Indonesia (AKPI).
Selain aktif di dunia survei dan konsultasi politik, Denny JA juga memiliki pengalaman di bidang pendidikan. Ia pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif Universitas Jayabaya pada periode 2020-2023. Pengalaman ini memberikan wawasan yang berharga bagi Denny JA dalam mengelola organisasi dan mengembangkan sumber daya manusia.
Pada tahun 2015, Denny JA mendapatkan pengakuan internasional ketika majalah TIME memasukkannya ke dalam daftar 30 orang paling berpengaruh di internet. Penghargaan ini diberikan atas kontribusi Denny JA dalam memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan gagasan-gagasan politik dan sosial. Nama Denny JA bersanding dengan tokoh-tokoh dunia seperti Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Perdana Menteri India Narendra Modi.
PHE, sebagai Subholding Upstream Pertamina, memiliki peran strategis dalam menjaga ketahanan energi nasional. Perusahaan ini bertanggung jawab atas pengelolaan wilayah kerja hulu migas di seluruh Indonesia dan beberapa negara di dunia. Sejarah PHE dimulai pada tahun 1989 dengan nama PT Aroma Operation Service, yang kemudian berubah menjadi PHE pada tahun 2007. Perubahan nama ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Migas), yang mengamanatkan pemisahan kegiatan usaha hulu dan hilir migas di Pertamina.
Sebagai bagian dari restrukturisasi internal Pertamina, pengelolaan wilayah kerja hulu yang sebelumnya dikelola melalui kerja sama dengan pihak ketiga dalam bentuk Joint Operating Body (JOB) maupun Participating Interest (PI), diserahkan kepada PHE. Penyerahan ini diikuti dengan pengalihan operasional blok-blok migas kepada anak perusahaan-anak perusahaan PHE, sesuai dengan persetujuan Direksi dan Dewan Komisaris PT Pertamina (Persero).
Saat ini, Wilayah Kerja PHE Subholding Upstream dibagi menjadi lima regional, meliputi 40 Wilayah Kerja Domestik yang terdiri dari 27 blok operator dan 13 blok non-operator, serta 27 Wilayah Kerja Internasional di 13 negara meliputi kawasan Asia Tenggara, Afrika, Eropa, dan Timur Tengah. Dengan cakupan wilayah kerja yang luas dan kompleks, PHE menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga produksi migas dan meningkatkan cadangan energi.
Dengan penunjukan jajaran komisaris dan direksi yang baru, PHE diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan kontribusinya dalam menjaga ketahanan energi nasional. Denny JA, sebagai Komisaris Utama, diharapkan dapat memberikan arahan strategis dan memastikan bahwa PHE beroperasi secara efisien dan profesional. Stella Christi, sebagai Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan sumber daya manusia di PHE. Muhammad Qodari, sebagai Wakil Kepala Staf Kepresidenan, diharapkan dapat menjembatani komunikasi antara PHE dan pemerintah.
Berikut adalah susunan lengkap Dewan Komisaris dan Direksi PHE yang baru:
Dewan Komisaris
- Komisaris Utama & Komisaris Independen: Denny Januar Ali
- Komisaris Independen: Iggi Haruman Achsien
- Komisaris: Stella Christie
- Komisaris: Nanang Untung
- Komisaris: Wahyu Setyawan
- Komisaris: Muhammad Qodari
- Komisaris: Andika Pandu Puragabaya
- Komisaris: Nepos MT. Pakpahan
Direksi
- Direktur Utama: Awang Lazuardi
- Direktur Pengembangan Produksi: Mery Luciawaty
- Direktur Eksplorasi: Muharram J. Panguriseng
- Direktur Perencanaan Strategis, Portofolio, dan Commercial: Edy Karyanto
- Direktur Investasi & Pengembangan Bisnis: Dannif Danusaputro
- Direktur Keuangan: Bayu Kusuma Dewanto
- Direktur Manajemen Risiko: Wishnu Bahriansyah
- Direktur SDM & Penunjang Bisnis: Ery Sulistyo Sutikno
Penunjukan Denny JA sebagai Komisaris Utama PHE menimbulkan berbagai reaksi dari publik. Sebagian kalangan menyambut baik penunjukan ini, dengan harapan bahwa pengalaman Denny JA di bidang politik dan survei opini publik dapat memberikan perspektif baru dalam pengelolaan PHE. Namun, ada juga yang mempertanyakan relevansi latar belakang Denny JA dengan industri migas.
Menanggapi berbagai reaksi tersebut, Denny JA menyatakan komitmennya untuk bekerja keras dan memberikan yang terbaik bagi PHE. Ia menyadari bahwa industri migas memiliki kompleksitas tersendiri, dan ia siap belajar dan beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Denny JA juga menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan PHE, serta komitmen untuk menjaga kepentingan negara dan masyarakat.
"Saya menyadari bahwa ini adalah tanggung jawab yang besar, dan saya akan berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya," ujar Denny JA dalam sebuah pernyataan. "Saya akan bekerja sama dengan seluruh jajaran komisaris dan direksi untuk meningkatkan kinerja PHE dan memberikan kontribusi positif bagi ketahanan energi nasional."
Penunjukan Denny JA sebagai Komisaris Utama PHE merupakan langkah yang berani dan inovatif dari pemerintah. Dengan menggabungkan pengalaman dari berbagai bidang, diharapkan PHE dapat menjadi perusahaan energi yang lebih kuat dan berdaya saing di tingkat global. Tantangan yang dihadapi PHE di masa depan tidaklah mudah, tetapi dengan kepemimpinan yang kuat dan tim yang solid, PHE diharapkan dapat mengatasi tantangan tersebut dan mencapai tujuan-tujuannya.
Sebagai penutup, penunjukan Denny JA sebagai Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi menjadi momentum penting bagi perusahaan tersebut. Diharapkan dengan kepemimpinan dan pengalaman yang dimilikinya, Denny JA dapat membawa PHE menuju arah yang lebih baik dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan industri migas Indonesia. Kehadiran tokoh publik seperti Denny JA di jajaran komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas perusahaan, sehingga dapat membangun kepercayaan publik terhadap PHE dan industri migas secara keseluruhan.
