Pengusaha Produsen Alas Kaki Harap-harap Cemas Tunggu Keputusan Tarif Impor AS

Pengusaha Produsen Alas Kaki Harap-harap Cemas Tunggu Keputusan Tarif Impor AS

Pengusaha Produsen Alas Kaki Harap-harap Cemas Tunggu Keputusan Tarif Impor AS

Jakarta – Industri alas kaki nasional tengah dilanda kecemasan seiring dengan pengumuman potensi kenaikan tarif impor oleh Amerika Serikat. Para pengusaha, yang tergabung dalam Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), kini harap-harap cemas menanti hasil negosiasi antara pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat, setelah pengumuman mengejutkan dari Presiden AS mengenai pengenaan tarif baru yang signifikan.

Direktur Eksekutif Aprisindo, Yoseph Billie Dosiwoda, mengungkapkan bahwa pengumuman tarif impor baru oleh AS merupakan faktor eksternal yang sangat penting bagi kelangsungan industri alas kaki di Indonesia. Pasalnya, Amerika Serikat merupakan pasar ekspor utama bagi produk alas kaki Indonesia, dengan nilai ekspor yang mencapai miliaran dolar setiap tahunnya.

"Kami cukup kaget dengan adanya surat yang disampaikan Presiden Trump sebagai sikap AS dari proses negosiasi," ujar Billie kepada awak media, Kamis, 10 Juli 2025. Keterkejutan ini wajar, mengingat selama ini industri alas kaki Indonesia telah menikmati tarif impor yang relatif stabil, yang memungkinkan mereka untuk bersaing di pasar AS.

Pengumuman tarif baru ini tentu menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengusaha. Sejak Trump mengumumkan potensi penerapan tarif resiprokal pada April lalu, dunia usaha sudah mulai mengambil sikap waspada. Banyak pengusaha yang memilih untuk menunda investasi dan mengambil sikap wait and see, menunggu kejelasan mengenai kebijakan tarif yang akan diterapkan.

Sebelumnya, tarif impor AS yang berlaku untuk produk alas kaki Indonesia adalah sebesar 10 persen. Tarif ini dianggap masih stabil dan memungkinkan industri untuk tetap kompetitif. Namun, dengan adanya pengumuman potensi kenaikan tarif menjadi 32 persen, pengusaha merasa khawatir akan dampaknya terhadap daya saing produk mereka di pasar AS.

Industri alas kaki merupakan sektor padat karya yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Sektor ini menyerap banyak tenaga kerja langsung dan memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara. Oleh karena itu, kebijakan tarif yang tidak menguntungkan dapat berdampak serius terhadap keberlangsungan industri dan kesejahteraan para pekerja.

Pada tahun 2024, ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Serikat mencapai US$ 2,393 miliar. Angka ini menunjukkan betapa pentingnya pasar AS bagi industri alas kaki nasional. Jika tarif impor AS dinaikkan secara signifikan, ekspor alas kaki Indonesia ke negara tersebut berpotensi menurun drastis, yang dapat menyebabkan penurunan produksi, pengurangan tenaga kerja, dan bahkan penutupan pabrik.

Aprisindo mendukung penuh langkah-langkah lobi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia hingga akhir Juli. Para pengusaha masih menaruh keyakinan dan harapan besar pada upaya negosiasi yang dilakukan oleh pemerintah kedua negara. Mereka berharap agar pemerintah Indonesia dapat meyakinkan pemerintah AS untuk membatalkan atau setidaknya mengurangi besaran tarif impor yang akan dikenakan.

Tarif 10 persen yang selama ini diberlakukan dianggap masih stabil dan dapat mendukung keberlangsungan proses produksi alas kaki di Indonesia. Oleh karena itu, Aprisindo masih menganggap pengumuman tarif 32 persen itu sebagai bagian dari dinamika negosiasi. Namun, mereka juga menyadari bahwa ada kemungkinan terburuk yang bisa terjadi, yaitu tarif 32 persen benar-benar diberlakukan.

Sebagai langkah antisipasi, Aprisindo telah meminta anggotanya untuk menghitung segala margin dampak buruk dari penerapan tarif ini. Tujuannya adalah untuk mencari cara agar proses produksi tetap dapat berlangsung dan agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Para pengusaha berusaha untuk mencari solusi agar dapat mengurangi dampak negatif dari kenaikan tarif, seperti dengan melakukan efisiensi produksi, mencari pasar alternatif, atau bernegosiasi dengan pembeli untuk berbagi beban tarif.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya juga telah mengungkapkan bahwa Amerika Serikat mendominasi pangsa ekspor Indonesia untuk produk pakaian dan alas kaki. "AS merupakan negara tujuan utama ekspor Indonesia untuk produk pakaian dan alas kaki," ujar Pelaksana tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers rilis BPS, Senin, 21 April 2025.

Menurut data BPS, pangsa ekspor produk alas kaki dengan kode HS64 dari Indonesia ke AS adalah sebesar 34,16 persen dari total ekspor. Negara tujuan terbesar kedua adalah Belanda, disusul Belgia, Jepang, dan Tiongkok. Total ekspor produk alas kaki ke AS sejak Januari hingga April 2025 mencapai US$ 853,02 juta. Angka ini semakin menegaskan betapa pentingnya pasar AS bagi industri alas kaki Indonesia.

Kenaikan tarif impor AS dapat memicu berbagai dampak negatif bagi industri alas kaki Indonesia. Beberapa dampak yang paling mungkin terjadi antara lain:

  1. Penurunan Ekspor: Kenaikan tarif akan membuat harga produk alas kaki Indonesia di pasar AS menjadi lebih mahal. Hal ini dapat mengurangi daya saing produk Indonesia dan menyebabkan penurunan ekspor.

  2. Penurunan Produksi: Penurunan ekspor akan berdampak pada penurunan produksi di pabrik-pabrik alas kaki di Indonesia. Pabrik-pabrik mungkin terpaksa mengurangi kapasitas produksi atau bahkan menghentikan produksi sementara.

  3. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK): Penurunan produksi dapat menyebabkan PHK di industri alas kaki. Pabrik-pabrik mungkin terpaksa mengurangi jumlah karyawan untuk mengurangi biaya operasional.

  4. Penutupan Pabrik: Jika penurunan ekspor dan produksi berlangsung dalam jangka panjang, beberapa pabrik alas kaki mungkin terpaksa menutup usahanya.

  5. Penurunan Pendapatan Negara: Penurunan ekspor akan berdampak pada penurunan pendapatan negara dari sektor alas kaki.

  6. Dampak Sosial: PHK dan penutupan pabrik dapat menimbulkan dampak sosial yang signifikan, seperti peningkatan pengangguran dan kemiskinan.

Untuk mengatasi dampak negatif dari kenaikan tarif impor AS, pemerintah dan pelaku industri perlu mengambil langkah-langkah strategis. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Negosiasi dengan Pemerintah AS: Pemerintah Indonesia perlu terus melakukan negosiasi dengan pemerintah AS untuk mencari solusi terbaik. Pemerintah Indonesia dapat mencoba meyakinkan pemerintah AS untuk membatalkan atau mengurangi besaran tarif impor yang akan dikenakan.

  2. Diversifikasi Pasar Ekspor: Pelaku industri perlu melakukan diversifikasi pasar ekspor. Mereka perlu mencari pasar-pasar alternatif selain AS, seperti Eropa, Asia, dan Afrika.

  3. Peningkatan Daya Saing: Pelaku industri perlu terus meningkatkan daya saing produk mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas produk, melakukan inovasi, dan meningkatkan efisiensi produksi.

  4. Dukungan Pemerintah: Pemerintah perlu memberikan dukungan kepada industri alas kaki. Dukungan tersebut dapat berupa insentif pajak, pelatihan tenaga kerja, dan bantuan pemasaran.

  5. Kerja Sama dengan Negara Lain: Pemerintah Indonesia dapat menjalin kerja sama dengan negara-negara lain untuk mempromosikan produk alas kaki Indonesia.

Kenaikan tarif impor AS merupakan tantangan besar bagi industri alas kaki Indonesia. Namun, dengan kerja keras, strategi yang tepat, dan dukungan dari pemerintah, industri alas kaki Indonesia dapat mengatasi tantangan ini dan tetap tumbuh dan berkembang. Para pengusaha alas kaki Indonesia akan terus berjuang untuk mempertahankan pasar ekspor mereka dan menjaga keberlangsungan industri. Mereka berharap agar pemerintah Indonesia dapat berhasil dalam negosiasi dengan pemerintah AS dan mencapai kesepakatan yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Pengusaha Produsen Alas Kaki Harap-harap Cemas Tunggu Keputusan Tarif Impor AS

More From Author

Nasaruddin Umar: Wacana Haji Jalur Laut Masih Dikaji, Perlu Perhitungan Matang

Sri Mulyani Sebut Defisit APBN Membesar, Apa Saja Dampaknya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *