Walkot Yogya Gelar Lomba Pungut Puntung Rokok di Malioboro, Beri Hadiah Rp1 Juta: Sebuah Inisiatif Edukatif untuk Malioboro Bersih

Walkot Yogya Gelar Lomba Pungut Puntung Rokok di Malioboro, Beri Hadiah Rp1 Juta: Sebuah Inisiatif Edukatif untuk Malioboro Bersih

Yogyakarta, sebuah kota yang tak pernah berhenti memukau dengan pesona budaya dan keramahannya, kembali menjadi sorotan melalui sebuah inisiatif unik yang digagas langsung oleh Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo. Pada Selasa malam, 1 Juli, di tengah hiruk pikuk Pentas Seni Selasa Wagen yang rutin memeriahkan kawasan ikonik Malioboro, Wali Kota Hasto secara mendadak mengumumkan sebuah lomba pungut puntung rokok. Lomba spontan ini, yang menawarkan hadiah menggiurkan sebesar Rp1 juta bagi para pemenang, bukan sekadar ajang adu cepat atau kuantitas, melainkan sebuah gestur simbolis yang kuat untuk menggemakan kembali komitmen Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mewujudkan Malioboro sebagai kawasan bebas asap rokok dan lingkungan yang bersih.

Suasana Malioboro malam itu, yang biasanya dipenuhi oleh riuhnya tawa pengunjung, alunan musik jalanan, dan aroma khas kuliner, seketika berubah menjadi lebih interaktif. Begitu pengumuman lomba dilontarkan, ratusan pasang mata yang semula asyik menikmati pentas seni atau sekadar berjalan-jalan, langsung tertuju pada Wali Kota. Tanpa aba-aba yang formal, puluhan pengunjung dan warga sekitar berhamburan, sibuk menyisir setiap sudut trotoar, celah di antara pedagang kaki lima, hingga sela-sela bangku taman, mencari sisa-sisa puntung rokok yang terbuang sembarangan. Momen ini menciptakan pemandangan yang tak biasa, di mana masyarakat dari berbagai lapisan usia dan latar belakang berpartisipasi aktif dalam sebuah "perburuan" yang memiliki tujuan mulia: membersihkan lingkungan. Antusiasme yang meledak ini menunjukkan bahwa kesadaran akan kebersihan, meskipun terkadang terabaikan, dapat dengan mudah diaktifkan melalui rangsangan yang tepat.

Yang menarik dan tak terduga dari lomba ini adalah kriteria penentuan pemenangnya. Jika lazimnya lomba kebersihan akan mengukur jumlah sampah yang berhasil dikumpulkan, Wali Kota Hasto justru memilih jalur yang berbeda dan penuh makna. Beliau tidak menimbang tumpukan puntung rokok yang terkumpul, melainkan menetapkan kriteria berdasarkan usia peserta. Dua sosok yang beruntung terpilih sebagai pemenang adalah Paulina Surani, seorang ibu berusia 68 tahun, dan Inara, seorang bocah mungil berusia 4,5 tahun. Keduanya, mewakili spektrum usia yang sangat lebar, masing-masing berhak membawa pulang hadiah uang tunai sebesar Rp1 juta. Keputusan ini bukan tanpa alasan. Pemilihan pemenang berdasarkan usia ini secara implisit menyampaikan pesan bahwa tanggung jawab kebersihan adalah milik semua generasi, dari yang paling muda hingga yang paling tua. Ini juga menunjukkan bahwa semangat untuk menjaga lingkungan tidak mengenal batas usia.

Wali Kota Hasto Wardoyo menegaskan bahwa lomba dadakan ini adalah bagian tak terpisahkan dari komitmen Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mewujudkan visi Malioboro sebagai kawasan bebas asap rokok. "Lomba ini bentuk komitmen Pemerintah Kota Yogya untuk mewujudkan kawasan Malioboro bebas asap rokok," ujarnya. Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa inisiatif kecil ini adalah bagian dari strategi yang lebih besar dan berkelanjutan. Malioboro, sebagai jantung pariwisata dan budaya Yogyakarta, telah lama dicanangkan sebagai area bebas rokok, sebuah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung, menjaga kualitas udara, serta menekan angka sampah puntung rokok yang kerap mencemari keindahan kawasan. Namun, implementasi kebijakan semacam ini selalu dihadapkan pada tantangan besar, terutama dalam mengubah kebiasaan masyarakat dan wisatawan yang sudah terbiasa merokok di ruang publik.

Lebih lanjut, Hasto juga secara terbuka mengimbau seluruh wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogya untuk senantiasa menjaga kebersihan, khususnya di kawasan wisata vital seperti Malioboro. "Yang terpenting adalah mengubah perilaku masyarakat dalam membuang sampah. Karena masalah kebersihan lingkungan membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan warga secara umum," tegasnya. Pesan ini melampaui sekadar anjuran untuk tidak membuang puntung rokok sembarangan. Ini adalah seruan untuk transformasi perilaku yang lebih mendalam, sebuah kesadaran kolektif bahwa kebersihan adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah kota tidak bisa bekerja sendiri; dibutuhkan sinergi antara kebijakan yang kuat, partisipasi aktif masyarakat, dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk sektor swasta dan organisasi non-pemerintah, untuk menciptakan lingkungan yang benar-benar bersih dan berkelanjutan.

Malioboro sendiri merupakan etalase Yogyakarta di mata dunia. Jutaan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, membanjiri kawasan ini setiap tahunnya. Keindahan arsitektur kolonial yang berpadu dengan nuansa tradisional, deretan toko suvenir yang memikat, pedagang kaki lima dengan aneka kuliner lezat, hingga seniman jalanan yang selalu menghibur, menjadikan Malioboro sebagai destinasi wajib. Namun, tingginya volume pengunjung juga berbanding lurus dengan potensi peningkatan volume sampah. Puntung rokok adalah salah satu jenis sampah yang paling sering ditemukan berserakan, tidak hanya merusak estetika tetapi juga membutuhkan waktu lama untuk terurai, serta berpotensi mencemari tanah dan air. Oleh karena itu, upaya sistematis dan kreatif seperti lomba ini menjadi sangat relevan untuk menjaga citra Malioboro sebagai destinasi yang bersih, nyaman, dan ramah lingkungan.

Kawasan Malioboro telah ditetapkan sebagai kawasan bebas asap rokok melalui Peraturan Wali Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Kebijakan ini merupakan langkah progresif untuk melindungi kesehatan publik dari paparan asap rokok pasif, mengurangi polusi udara, serta meningkatkan kualitas lingkungan. Meskipun papan-papan peringatan telah dipasang di berbagai titik, dan petugas sering melakukan patroli, masih saja ditemukan pelanggaran. Tantangan terbesar adalah mengubah pola pikir dan kebiasaan merokok di tempat umum yang sudah mengakar di sebagian masyarakat. Lomba dadakan seperti yang dilakukan Wali Kota Hasto ini menjadi strategi "jemput bola" yang lebih lunak namun efektif, memanfaatkan momen keramaian untuk menyampaikan pesan edukasi secara langsung dan mengena. Ini adalah pendekatan humanis yang berupaya menyentuh kesadaran individu melalui insentif positif, alih-alih hanya mengandalkan sanksi.

Reaksi para pemenang lomba pun menambah sentuhan humanis pada berita ini. Paulina Surani, sang pemenang tertua, tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya. "Saya tidak menyangka dapat satu juta dari Pak Hasto," ujarnya dengan wajah berbinar. Hadiah tersebut, baginya, akan sangat berarti untuk membantu biaya cucunya yang akan melanjutkan sekolah ke jenjang SMP. Kisah Paulina ini mengilustrasikan bagaimana sebuah inisiatif kecil dari pemerintah dapat memberikan dampak nyata dan positif bagi kehidupan individu, terutama mereka yang membutuhkan. Hadiah ini tidak hanya berfungsi sebagai penghargaan atas partisipasinya dalam membersihkan lingkungan, tetapi juga sebagai jembatan untuk mewujudkan harapan dan impian generasi berikutnya.

Sementara itu, Inara, si pemenang termuda, juga menunjukkan kegembiraan yang polos dan menggemaskan. Dengan lugunya, ia mengatakan akan menabung sebagian hadiahnya dan menggunakan sisanya untuk membeli oleh-oleh. "Seneng, bisa buat oleh-oleh saudara di rumah," kata warga Grobogan, Jawa Tengah, ini. Partisipasi Inara, meskipun mungkin belum sepenuhnya memahami makna di balik lomba tersebut, menjadi simbol bahwa edukasi kebersihan dapat dimulai sejak usia dini. Kehadirannya sebagai pemenang juga mengirimkan pesan bahwa Malioboro adalah ruang yang ramah bagi anak-anak, dan kebersihannya adalah investasi untuk masa depan mereka. Kisah Inara menjadi pengingat bahwa upaya menjaga lingkungan adalah warisan yang harus terus disampaikan dari generasi ke generasi.

Inisiatif Wali Kota Hasto Wardoyo ini bukan sekadar lomba biasa, melainkan sebuah kampanye kesadaran lingkungan yang cerdas dan efektif. Dengan memanfaatkan momen keramaian dan sentuhan personal, pesan tentang pentingnya kebersihan dan kawasan bebas asap rokok dapat disampaikan secara langsung kepada audiens yang luas. Keberhasilan lomba ini, dilihat dari antusiasme peserta dan respons positif, menunjukkan bahwa pendekatan yang kreatif dan partisipatif dapat menjadi kunci dalam mendorong perubahan perilaku masyarakat. Diharapkan, langkah ini akan menginspirasi lebih banyak inisiatif serupa di masa depan, tidak hanya di Malioboro tetapi juga di seluruh penjuru Yogyakarta, untuk mewujudkan kota yang benar-benar bersih, sehat, dan lestari bagi seluruh warganya dan para pengunjungnya. Ini adalah langkah kecil namun signifikan menuju Yogyakarta yang lebih hijau dan bersih, sebuah cita-cita yang hanya bisa terwujud dengan kolaborasi dan kesadaran kolektif.

Walkot Yogya Gelar Lomba Pungut Puntung Rokok di Malioboro, Beri Hadiah Rp1 Juta: Sebuah Inisiatif Edukatif untuk Malioboro Bersih

More From Author

Pemerintah Disebut Masih Berutang Rp 5,17 Triliun ke Asabri, Kondisi Keuangan Perusahaan Tertekan

Alasan AirAsia Buka Rute Phuket-Medan: Strategi Ekspansi dan Potensi Pariwisata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *