Guru Besar Binus University Gatot Soepriyanto Ungkap Akar Kegagalan Startup Fintech

Guru Besar Binus University Gatot Soepriyanto Ungkap Akar Kegagalan Startup Fintech

Guru Besar Binus University Gatot Soepriyanto Ungkap Akar Kegagalan Startup Fintech

Guru besar Binus University, Prof. Gatot Soepriyanto, dalam orasi ilmiahnya pada Dies Natalis ke-44 BINUS University, memberikan pandangan mendalam mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan startup fintech di Indonesia. Orasi yang disampaikan pada hari Selasa, 1 Juli 2025 ini, menggali lebih dalam dari sekadar masalah teknis atau sistem, melainkan menyoroti pentingnya kepemimpinan yang kuat dan tata kelola organisasi yang baik sebagai fondasi keberhasilan startup.

Prof. Gatot Soepriyanto menggunakan pendekatan Fraud Triangle dan Upper Echelons Theory untuk menganalisis kasus-kasus kegagalan yang menimpa beberapa startup fintech ternama di Indonesia, seperti eFishery, KoinWorks, Investree, TaniFund, dan Crowde. Analisis ini mengungkapkan bahwa "tone at the top," atau sikap dan tindakan para pemimpin, memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap budaya organisasi dan perilaku seluruh anggota tim.

Kepemimpinan dan Integritas: Fondasi Utama Keberhasilan Startup

Salah satu poin utama yang ditekankan oleh Prof. Gatot adalah pentingnya integritas di tingkat pimpinan. Beliau menjelaskan bahwa jika pimpinan organisasi atau perusahaan tidak menunjukkan integritas, hal itu akan berdampak negatif pada seluruh tim di bawahnya. Bahkan kontrol internal yang paling ketat pun dapat dilewati jika CEO terlibat dalam praktik kecurangan. Budaya integritas yang ditanamkan oleh pimpinan terbukti menjadi garis pertahanan pertama yang efektif terhadap praktik kecurangan.

Prof. Gatot Soepriyanto menjelaskan bahwa "tone at the top" mencerminkan bagaimana para pemimpin mengkomunikasikan nilai-nilai etika, standar perilaku, dan harapan mereka kepada seluruh organisasi. Ketika para pemimpin menunjukkan komitmen yang kuat terhadap integritas, transparansi, dan akuntabilitas, hal itu akan menciptakan budaya organisasi yang positif dan mendorong perilaku etis di semua tingkatan. Sebaliknya, jika para pemimpin mengabaikan nilai-nilai etika atau terlibat dalam praktik yang tidak jujur, hal itu akan merusak kepercayaan dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi praktik kecurangan.

Dalam konteks startup fintech, di mana kepercayaan dan reputasi sangat penting, "tone at the top" menjadi semakin krusial. Investor, pelanggan, dan mitra bisnis akan lebih cenderung berinvestasi, menggunakan layanan, dan bekerja sama dengan startup yang dipimpin oleh orang-orang yang memiliki integritas dan komitmen yang kuat terhadap tata kelola yang baik.

Tekanan Pertumbuhan, Kontrol Internal yang Lemah, dan Rasionalisasi Etis

Selain masalah integritas, Prof. Gatot juga menyoroti faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap kegagalan startup fintech, seperti tekanan pertumbuhan yang tidak realistis, lemahnya kontrol internal, dan rasionalisasi etis di tingkat pimpinan. Tekanan untuk mencapai pertumbuhan yang cepat seringkali mendorong para pemimpin startup untuk mengambil risiko yang tidak perlu atau mengabaikan prinsip-prinsip tata kelola yang baik.

Lemahnya kontrol internal juga menjadi masalah serius. Tanpa sistem pengawasan yang memadai, penyalahgunaan dana, manipulasi laporan keuangan, dan praktik kecurangan lainnya dapat terjadi tanpa terdeteksi. Prof. Gatot menekankan bahwa akuntabilitas pimpinan sangat penting untuk mencegah praktik-praktik ini.

Rasionalisasi etis, atau upaya untuk membenarkan perilaku yang tidak etis, juga merupakan faktor yang berkontribusi terhadap kegagalan startup fintech. Ketika para pemimpin startup mulai merasionalisasi tindakan mereka yang tidak jujur, hal itu dapat menciptakan budaya yang merusak dan mendorong perilaku yang lebih buruk lagi.

Minimnya Pengawasan Independen dan Lambatnya Intervensi Regulator

Prof. Gatot Soepriyanto juga menyoroti minimnya fungsi pengawasan independen dan lambatnya intervensi regulator sebagai faktor yang memperparah situasi. Kurangnya pengawasan independen memungkinkan praktik-praktik kecurangan untuk terus berlanjut tanpa terdeteksi. Sementara itu, lambatnya intervensi regulator memberikan waktu bagi para pelaku untuk melakukan lebih banyak kerusakan.

Prof. Gatot berpendapat bahwa krisis kepercayaan yang melanda sejumlah startup fintech dapat mengancam ekosistem digital Indonesia secara keseluruhan. Jika investor dan konsumen kehilangan kepercayaan pada startup fintech, hal itu dapat menghambat pertumbuhan sektor ini dan merugikan ekonomi Indonesia.

Solusi: Penguatan Tata Kelola, Audit Forensik, dan Kurikulum Etika Bisnis

Untuk mengatasi masalah ini, Prof. Gatot Soepriyanto mendorong penguatan tata kelola startup melalui beberapa langkah konkret. Pertama, beliau merekomendasikan audit forensik rutin oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mendeteksi dan mencegah praktik kecurangan. Audit forensik dapat membantu mengidentifikasi kelemahan dalam sistem kontrol internal dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan.

Kedua, Prof. Gatot mengusulkan kewajiban dewan pengawas independen sejak pendanaan awal. Dewan pengawas independen dapat memberikan pengawasan yang objektif dan memastikan bahwa startup beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik.

Ketiga, Prof. Gatot merekomendasikan dimasukkannya kurikulum etika bisnis dan kepemimpinan di perguruan tinggi. Pendidikan etika bisnis dan kepemimpinan dapat membantu para pemimpin masa depan untuk memahami pentingnya integritas dan tata kelola yang baik.

Menuju Indonesia Emas 2045: Ekosistem Startup yang Sehat dan Berintegritas

Prof. Gatot Soepriyanto menyimpulkan bahwa hanya dengan integritas dan pengawasan yang kuat, ekosistem startup Indonesia dapat tumbuh sehat menuju visi Indonesia Emas 2045. Beliau menekankan bahwa kegagalan startup bukanlah takdir, melainkan akibat dari kepemimpinan yang tidak membangun fondasi etis dan sistem pengawasan yang kokoh.

Dengan mengadopsi langkah-langkah yang direkomendasikan oleh Prof. Gatot, Indonesia dapat menciptakan ekosistem startup yang lebih transparan, akuntabel, dan berkelanjutan. Hal ini akan menarik lebih banyak investasi, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, dan mendorong inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.

Implikasi bagi Investor, Regulator, dan Pemimpin Startup

Orasi ilmiah Prof. Gatot Soepriyanto memiliki implikasi yang signifikan bagi berbagai pihak yang terlibat dalam ekosistem startup fintech di Indonesia.

  • Investor: Investor perlu lebih berhati-hati dalam memilih startup untuk diinvestasikan. Mereka harus melakukan uji tuntas yang komprehensif dan mengevaluasi integritas dan tata kelola perusahaan sebelum membuat keputusan investasi. Investor juga harus aktif memantau kinerja startup dan memastikan bahwa mereka beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik.

  • Regulator: OJK perlu meningkatkan pengawasan terhadap startup fintech dan mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan yang melanggar aturan. OJK juga perlu mengembangkan regulasi yang lebih ketat untuk mencegah praktik kecurangan dan melindungi konsumen.

  • Pemimpin Startup: Pemimpin startup harus memprioritaskan integritas dan tata kelola yang baik. Mereka harus membangun budaya organisasi yang etis dan memastikan bahwa semua anggota tim memahami pentingnya integritas. Pemimpin startup juga harus bersedia menerima pengawasan dari dewan pengawas independen dan mematuhi semua aturan dan regulasi yang berlaku.

Dengan bekerja sama, investor, regulator, dan pemimpin startup dapat menciptakan ekosistem fintech yang lebih sehat dan berkelanjutan di Indonesia. Hal ini akan membantu Indonesia mencapai visi Indonesia Emas 2045 dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Kesimpulan

Orasi ilmiah Prof. Gatot Soepriyanto memberikan wawasan berharga tentang akar penyebab kegagalan startup fintech di Indonesia. Beliau menekankan pentingnya kepemimpinan yang kuat, tata kelola organisasi yang baik, dan integritas sebagai fondasi keberhasilan startup. Dengan mengadopsi langkah-langkah yang direkomendasikan oleh Prof. Gatot, Indonesia dapat menciptakan ekosistem startup yang lebih transparan, akuntabel, dan berkelanjutan. Hal ini akan membantu Indonesia mencapai visi Indonesia Emas 2045 dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Guru Besar Binus University Gatot Soepriyanto Ungkap Akar Kegagalan Startup Fintech

More From Author

Defisit APBN Melebar, Sri Mulyani Minta Restu DPR Gunakan SAL

Kemenhub Masih Mengkaji Rencana Kenaikan Tarif Ojol

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *