
Bank Indonesia Solo Siap Pasok Limbah Racik Uang Kertas untuk Bahan Bakar Campuran di PLTSa
Bank Indonesia (BI) Solo mengambil langkah strategis dalam mendukung energi terbarukan dan pengelolaan limbah yang berkelanjutan dengan menyatakan kesiapannya untuk memasok limbah racik uang kertas (LRUK) sebagai bahan bakar campuran (cofiring) di Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo yang berlokasi di Kota Solo, Jawa Tengah. Inisiatif ini menandai sinergi positif antara lembaga keuangan negara dan pemerintah daerah dalam mewujudkan solusi inovatif untuk tantangan lingkungan.
Pada tanggal 15 Juli 2025, sebuah acara penting berlangsung di Solo, yaitu penandatanganan berita acara kesepahaman antara Kantor Perwakilan BI Solo dan Pemerintah Kota Solo. Kesepahaman ini secara resmi mengukuhkan komitmen kedua belah pihak untuk bekerja sama dalam pemanfaatan LRUK sebagai sumber energi alternatif di PLTSa Putri Cempo. Penandatanganan ini menjadi tonggak penting dalam upaya diversifikasi sumber energi dan pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Kepala Kantor Perwakilan BI Solo, Dwiyanto Cahyo Sumirat, menyampaikan bahwa meskipun volume pengiriman LRUK ke PLTSa Putri Cempo untuk cofiring saat ini belum signifikan, langkah ini merupakan awal yang menjanjikan. BI Solo berkomitmen untuk mendukung pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Solo, dalam menjalankan program convert waste to energy, yang bertujuan mengubah limbah menjadi energi yang bermanfaat. Dwiyanto menekankan bahwa inisiatif ini adalah langkah awal untuk menjalin kerja sama yang lebih erat dan meningkatkan volume LRUK yang dipasok ke PLTSa di masa depan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solo, Kristiana Hariyanti, menjelaskan bahwa PLTSa Putri Cempo saat ini beroperasi dengan menggunakan bahan bakar sampah sebanyak 540 ton per hari. Kontribusi LRUK dari BI Solo, yang mencapai rata-rata 800 kilogram per pengiriman (dua kali seminggu), memang belum mencukupi kebutuhan bahan bakar secara keseluruhan. Namun, Kristiana mengapresiasi kualitas LRUK yang sudah siap pakai dan sangat membantu dalam proses pembakaran. Ia menambahkan bahwa material LRUK yang homogen dan memiliki nilai kalor yang cukup tinggi dapat meningkatkan efisiensi pembakaran di PLTSa.
Kristiana mengungkapkan bahwa ke depan, operasional PLTSa Putri Cempo diharapkan dapat dioptimalkan dengan meningkatkan kapasitas pembakaran hingga 1.000 ton sampah per hari. Untuk mencapai target ini, peningkatan pasokan bahan bakar sampah, termasuk LRUK, menjadi prioritas. DLH Kota Solo berencana menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Bank Indonesia dari daerah lain, untuk meningkatkan volume pasokan LRUK.
Kristiana mencontohkan kerja sama antara BI Yogyakarta dan PLTU di Cilacap sebagai model yang potensial untuk diadopsi. Mengingat jarak Solo lebih dekat ke Yogyakarta dibandingkan ke Cilacap, kerja sama dengan BI Yogyakarta diharapkan dapat menjadi solusi yang efisien untuk meningkatkan pasokan LRUK ke PLTSa Putri Cempo. Upaya ini akan membantu mengurangi biaya transportasi dan memastikan ketersediaan bahan bakar yang stabil untuk operasional PLTSa.
Wali Kota Solo, Respati Ardi, menegaskan komitmen Pemerintah Kota Solo untuk terus memantau perkembangan operasional PLTSa Putri Cempo dan memastikan efektivitas kerjanya. Pemerintah kota menyadari pentingnya PLTSa sebagai solusi pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Respati menekankan bahwa keberhasilan PLTSa Putri Cempo akan memberikan dampak positif bagi lingkungan, mengurangi volume sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA), dan menghasilkan energi listrik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Inisiatif Bank Indonesia Solo dalam memasok limbah racik uang kertas untuk bahan bakar campuran di PLTSa Putri Cempo merupakan contoh nyata dari penerapan ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular adalah model ekonomi yang bertujuan untuk meminimalkan limbah dan memaksimalkan penggunaan sumber daya. Dalam konteks ini, LRUK yang sebelumnya dianggap sebagai limbah, diubah menjadi sumber energi yang bernilai ekonomis.
Pemanfaatan LRUK sebagai bahan bakar campuran juga memiliki beberapa keuntungan lingkungan. Pertama, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, yang merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca. Kedua, mengurangi volume sampah yang harus dibuang ke TPA, sehingga memperpanjang umur TPA dan mengurangi risiko pencemaran lingkungan. Ketiga, mengurangi emisi metana dari TPA, yang merupakan gas rumah kaca yang lebih kuat daripada karbon dioksida.
Selain manfaat lingkungan, pemanfaatan LRUK sebagai bahan bakar campuran juga memiliki manfaat ekonomi. Pertama, mengurangi biaya pengelolaan limbah bagi Bank Indonesia. Kedua, mengurangi biaya bahan bakar bagi PLTSa Putri Cempo. Ketiga, menciptakan lapangan kerja baru di sektor pengelolaan limbah dan energi terbarukan.
Inisiatif ini juga sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Paris. Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan upaya sendiri dan hingga 41% dengan dukungan internasional pada tahun 2030. Pemanfaatan limbah sebagai sumber energi terbarukan merupakan salah satu strategi penting untuk mencapai target tersebut.
Keberhasilan inisiatif Bank Indonesia Solo dan Pemerintah Kota Solo dalam memanfaatkan LRUK sebagai bahan bakar campuran dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia. Dengan replikasi model ini, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, meningkatkan pengelolaan limbah yang berkelanjutan, dan mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca.
Namun, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi untuk memastikan keberhasilan inisiatif ini. Pertama, perlu adanya regulasi yang mendukung pemanfaatan limbah sebagai sumber energi terbarukan. Kedua, perlu adanya investasi dalam infrastruktur pengelolaan limbah dan energi terbarukan. Ketiga, perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat tentang manfaat pemanfaatan limbah sebagai sumber energi terbarukan.
Dengan mengatasi tantangan-tantangan tersebut, Indonesia dapat mewujudkan potensi penuh dari pemanfaatan limbah sebagai sumber energi terbarukan dan mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Inisiatif Bank Indonesia Solo dan Pemerintah Kota Solo merupakan langkah awal yang menjanjikan menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Selain itu, perlu diperhatikan juga aspek sosial dari inisiatif ini. Pemanfaatan LRUK sebagai bahan bakar campuran harus dilakukan dengan memperhatikan dampak sosial bagi masyarakat sekitar PLTSa Putri Cempo. Pemerintah daerah perlu memastikan bahwa operasional PLTSa tidak menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.
Pemerintah daerah juga perlu melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan terkait operasional PLTSa. Hal ini dapat dilakukan melalui forum-forum konsultasi publik dan mekanisme pengaduan yang efektif. Dengan melibatkan masyarakat, pemerintah daerah dapat membangun kepercayaan dan memastikan dukungan masyarakat terhadap operasional PLTSa.
Inisiatif Bank Indonesia Solo dan Pemerintah Kota Solo dalam memanfaatkan LRUK sebagai bahan bakar campuran merupakan contoh yang inspiratif dari bagaimana inovasi dan kolaborasi dapat menghasilkan solusi untuk tantangan lingkungan dan energi. Dengan dukungan dari semua pihak, inisiatif ini dapat menjadi model bagi daerah lain di Indonesia dan berkontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan.
Ke depan, diharapkan semakin banyak lembaga keuangan dan pemerintah daerah yang mengikuti jejak Bank Indonesia Solo dan Pemerintah Kota Solo dalam memanfaatkan limbah sebagai sumber energi terbarukan. Dengan demikian, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, meningkatkan pengelolaan limbah yang berkelanjutan, dan mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca. Inisiatif ini bukan hanya tentang pengelolaan limbah, tetapi juga tentang membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Pemanfaatan LRUK menjadi energi adalah simbol komitmen terhadap lingkungan dan inovasi.
