
Aluminium Bakal Kena Tarif Trump 50 Persen, Inalum Dorong Serapan Domestik
Jakarta – PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) tengah berupaya keras untuk meningkatkan penyerapan aluminium di pasar domestik, menyusul ancaman kenaikan tarif impor aluminium oleh Amerika Serikat yang berpotensi memukul ekspor. Direktur Utama Inalum, Melati Sarnita, menyerukan kepada pemerintah untuk merevisi regulasi impor agar industri hilir aluminium dalam negeri dapat lebih kompetitif dan mampu menyerap produk aluminium yang dihasilkan Inalum. Langkah ini dianggap krusial untuk memitigasi dampak negatif dari kebijakan proteksionis yang diterapkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump.
Pada tanggal 30 Mei 2025, Trump mengumumkan rencana untuk menaikkan tarif impor baja dan aluminium dari 25 persen menjadi 50 persen. Kebijakan ini, yang bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri Amerika, berpotensi memicu perang dagang global dan memberikan dampak signifikan terhadap negara-negara pengekspor aluminium, termasuk Indonesia.
Melati Sarnita menjelaskan bahwa dampak langsung dari tarif impor Trump terhadap penjualan aluminium batangan Inalum mungkin tidak terlalu signifikan. Namun, dampak yang lebih besar akan dirasakan oleh industri produk hilir aluminium, baik di dalam negeri maupun mitra dagang Inalum di luar negeri. Hal ini disebabkan karena Inalum memproduksi produk setengah jadi (semi-finished) yang kemudian diolah oleh industri lain menjadi produk jadi.
"Karena selama ini Inalum memproduksi produk semi-finished, yang kemudian dibeli industri nasional untuk dibuat jadi produk jadi," ujar Melati dalam rapat kerja bersama Komisi XII DPR pada Rabu, 16 Juli 2025.
Potensi kehilangan ekspor akibat tarif impor Trump diperkirakan mencapai sekitar 30 ribu ton produk olahan aluminium. Untuk mengatasi masalah ini, Inalum mendorong peningkatan serapan aluminium batangan di dalam negeri. Melati Sarnita meyakini bahwa dengan regulasi impor yang lebih baik, produsen hilir aluminium akan mampu menemukan pasar pengganti di dalam negeri yang sepadan dengan potensi kehilangan akibat penerapan tarif Trump.
Saat ini, Inalum mengekspor lebih dari 50 persen aluminium mentah yang diproduksinya. Sementara itu, serapan domestik hanya mencapai sekitar 48 persen. Melati Sarnita menekankan pentingnya membangun industri aluminium yang terintegrasi dari hulu hingga hilir untuk menggenjot serapan dalam negeri. Ia memproyeksikan bahwa permintaan terhadap aluminium akan meningkat hingga 600 persen dalam 30 tahun mendatang, seiring dengan tren penggunaan panel surya yang mengandalkan aluminium sebagai komponen utamanya.
"Ke depannya harus ada rantai pasok aluminium yang lebih bernilai tambah dan terintegrasi," tegasnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Inalum telah menyiapkan sejumlah strategi, antara lain:
-
Pengembangan Industri Hilir: Inalum akan mendorong pengembangan industri hilir aluminium di dalam negeri melalui berbagai insentif dan kemudahan investasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk aluminium dan menciptakan lapangan kerja baru.
-
Kerja Sama dengan Industri: Inalum akan menjalin kerja sama yang erat dengan industri-industri yang menggunakan aluminium sebagai bahan baku, seperti industri otomotif, konstruksi, dan elektronika. Kerja sama ini akan meliputi penyediaan pasokan aluminium yang stabil dan berkualitas, serta pengembangan produk-produk inovatif berbasis aluminium.
-
Promosi Penggunaan Aluminium: Inalum akan активно mempromosikan penggunaan aluminium di berbagai sektor industri melalui kegiatan sosialisasi, seminar, dan pameran. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keunggulan aluminium sebagai material yang ringan, kuat, tahan korosi, dan ramah lingkungan.
-
Penguatan Regulasi: Inalum akan terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk memperkuat regulasi yang mendukung pengembangan industri aluminium dalam negeri. Regulasi ini meliputi pengaturan impor, standar mutu, dan insentif fiskal.
Selain itu, Inalum juga berupaya untuk meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya produksi agar dapat bersaing dengan produsen aluminium dari negara lain. Inalum juga активно mengembangkan teknologi baru untuk menghasilkan produk aluminium yang lebih berkualitas dan ramah lingkungan.
Ancaman tarif impor Trump terhadap aluminium merupakan tantangan besar bagi industri aluminium Indonesia. Namun, dengan strategi yang tepat dan dukungan dari pemerintah, Inalum yakin dapat mengatasi tantangan ini dan terus berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Peningkatan serapan aluminium domestik bukan hanya menjadi solusi untuk mengatasi dampak tarif impor Trump, tetapi juga merupakan langkah strategis untuk memperkuat industri aluminium nasional dan mengurangi ketergantungan pada pasar ekspor. Dengan pasar domestik yang kuat, industri aluminium Indonesia akan lebih устойчив terhadap fluktuasi harga komoditas global dan perubahan kebijakan perdagangan internasional.
Selain itu, pengembangan industri hilir aluminium juga akan menciptakan nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Produk-produk hilir aluminium memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan aluminium mentah, sehingga akan meningkatkan pendapatan negara dari sektor ini. Industri hilir aluminium juga akan menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, upaya Inalum untuk mendorong serapan aluminium domestik perlu didukung oleh semua pihak, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat. Dengan kerja sama yang baik, industri aluminium Indonesia dapat menjadi salah satu pilar utama perekonomian nasional.
Kenaikan tarif impor aluminium oleh Amerika Serikat juga menjadi momentum bagi Indonesia untuk mengevaluasi kembali kebijakan perdagangan dan investasi. Indonesia perlu mencari pasar ekspor baru dan meningkatkan daya saing produk-produknya di pasar global. Selain itu, Indonesia juga perlu menarik investasi asing di sektor industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah produk-produknya.
Pemerintah perlu memberikan insentif yang menarik bagi investor asing untuk berinvestasi di sektor industri hilir aluminium. Insentif ini dapat berupa pembebasan pajak, kemudahan perizinan, dan jaminan keamanan investasi. Dengan investasi asing yang masuk, industri hilir aluminium Indonesia akan semakin berkembang dan mampu bersaing di pasar global.
Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor industri aluminium. Pemerintah dapat memberikan pelatihan dan pendidikan yang relevan bagi tenaga kerja di sektor ini. Dengan tenaga kerja yang berkualitas, industri aluminium Indonesia akan semakin produktif dan efisien.
Kenaikan tarif impor aluminium oleh Amerika Serikat merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia. Namun, dengan strategi yang tepat dan kerja keras, Indonesia dapat mengatasi tantangan ini dan terus mengembangkan industri aluminiumnya. Industri aluminium Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi salah satu pilar utama perekonomian nasional.
Dengan fokus pada pengembangan industri hilir, peningkatan serapan domestik, dan peningkatan daya saing, industri aluminium Indonesia dapat terus tumbuh dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat.
