COO Danantara: Garuda Indonesia Memasuki Era Transformasi Menyeluruh dengan Visi Ambisius

COO Danantara: Garuda Indonesia Memasuki Era Transformasi Menyeluruh dengan Visi Ambisius

Chief Operating Officer (COO) Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), Dony Oskaria, secara tegas menyatakan bahwa PT Garuda Indonesia, maskapai penerbangan nasional yang kini berada di bawah pengelolaan Danantara Indonesia, telah memasuki fase transformasi menyeluruh yang krusial. Pernyataan ini menandai babak baru bagi Garuda Indonesia dalam upayanya bangkit dan kembali mengukuhkan posisinya sebagai pemain kunci di industri penerbangan, baik di kancah domestik maupun global.

Momentum penting dari transformasi ini ditandai dengan digelarnya kick-off meeting pada Selasa, 1 Juli, di mana Dony Oskaria hadir didampingi oleh Managing Director Business 3 Operations Holding, Febriany Eddy. Pertemuan strategis ini melibatkan jajaran Direksi dan Komisaris Garuda Indonesia, menggarisbawahi komitmen bersama untuk menyukseskan agenda perubahan besar ini. "Sebagai persero yang berada di bawah pengelolaan Danantara Indonesia, Garuda Indonesia kini memasuki fase transformasi menyeluruh," ujar Dony, seperti dikutip dari laman resmi Instagram Danantara @danantara.indonesia pada Rabu, 2 Juli.

Pilar-Pilar Transformasi Menyeluruh Garuda Indonesia

Transformasi yang diusung oleh Danantara dan Garuda Indonesia bukan sekadar perbaikan kosmetik, melainkan sebuah restrukturisasi fundamental yang mencakup berbagai aspek inti operasional dan strategis maskapai. Dony Oskaria merinci bahwa transformasi ini memiliki target perbaikan kinerja yang ambisius, meliputi ekspansi rute penerbangan, penambahan jumlah armada, pengembangan ekosistem layanan, hingga peningkatan kualitas operasional secara signifikan.

  1. Peningkatan Kinerja dan Keuangan: Fondasi utama dari transformasi ini adalah perbaikan kinerja keuangan. Garuda Indonesia Group sebelumnya telah mendapatkan suntikan modal senilai Rp 6,65 triliun dari Danantara. Injeksi dana ini merupakan bagian integral dari proses restrukturisasi perseroan yang bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan dan likuiditas maskapai. Dari total pinjaman tersebut, mayoritas dialokasikan untuk Citilink Indonesia senilai Rp 4.827.774.000.000, sementara Garuda Indonesia menerima Rp 1.822.731.000.000. Alokasi ini menunjukkan fokus pada penguatan seluruh entitas dalam grup untuk menciptakan sinergi yang lebih solid.

  2. Ekspansi Armada dan Jaringan: Dari aspek armada dan jaringan, Garuda Indonesia Group menargetkan penambahan armada secara bertahap hingga mencapai sekitar 120 pesawat serta melakukan ekspansi sedikitnya ke 100 rute baru hingga tahun 2029. Target ini tidak hanya berfokus pada kuantitas tetapi juga kualitas, dengan pertimbangan jenis pesawat yang efisien dan sesuai untuk rute-rute strategis, baik domestik maupun internasional. Penambahan rute baru diharapkan akan membuka konektivitas lebih luas, mendukung sektor pariwisata dan logistik nasional, serta mengoptimalkan potensi pasar yang belum tergarap.

  3. Pengembangan Ekosistem Layanan: Transformasi ini juga akan menguatkan ekosistem pendukung penerbangan. Ini mencakup inovasi dalam layanan pelanggan, pengembangan program loyalitas yang lebih menarik, peningkatan kualitas layanan kargo, serta optimalisasi fasilitas Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO). Garuda Indonesia berambisi untuk tidak hanya menjadi penyedia transportasi udara, tetapi juga pusat layanan penerbangan terpadu yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan pelanggan dan industri terkait.

  4. Peningkatan Kualitas Operasional: Aspek krusial lainnya adalah peningkatan kualitas operasional. Hal ini meliputi peningkatan standar keselamatan, ketepatan waktu penerbangan (OTP), efisiensi operasional, serta pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui pelatihan dan pengembangan kompetensi. Digitalisasi juga menjadi pendorong utama dalam upaya ini, dengan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi proses bisnis, pengalaman pengguna jasa, dan pengambilan keputusan berbasis data.

Restrukturisasi Menyeluruh: Dari Penyehatan hingga Revitalisasi

Proses transformasi yang sedang berjalan ini tidak lepas dari upaya restrukturisasi penyehatan perusahaan yang telah dilakukan secara intensif sejak tahun 2021 hingga 2023. Salah satu direktur utama yang terlibat dalam upaya penyehatan tersebut, Wamildan Tsani, menjelaskan bahwa fase sebelumnya berfokus pada penyelamatan melalui pengelolaan kewajiban usaha, restrukturisasi komposisi armada, hingga pengelolaan beban usaha yang masif.

Periode 2021-2023 adalah masa kritis bagi Garuda Indonesia, di mana maskapai ini menghadapi tantangan berat akibat pandemi COVID-19 yang melumpuhkan industri penerbangan global, diperparah dengan beban utang yang sangat besar. Melalui skema restrukturisasi penyelamatan yang telah dijalankan sejak tahun 2022, Garuda Indonesia berhasil menurunkan nilai kewajiban, memperbaiki nilai ekuitas yang sempat negatif, dan melakukan berbagai penyesuaian operasional yang vital untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Proses ini melibatkan negosiasi intensif dengan para kreditur, lessor pesawat, dan berbagai pihak terkait untuk mencapai kesepakatan yang memungkinkan maskapai untuk bernapas lega dan membangun kembali.

Keberhasilan restrukturisasi ini menjadi pondasi kuat bagi fase transformasi saat ini. Tanpa penyehatan keuangan dan operasional yang fundamental di masa lalu, visi ambisius yang dicanangkan Dony Oskaria tidak akan mungkin terwujud. Ini adalah bukti nyata komitmen pemerintah dan seluruh stakeholder untuk menyelamatkan dan merevitalisasi maskapai kebanggaan bangsa.

Kinerja Positif Kuartal I 2025: Sinyal Pemulihan yang Kuat

Indikasi positif dari upaya restrukturisasi dan awal transformasi telah terlihat dari kinerja perseroan yang mencatatkan hasil yang menggembirakan hingga periode kuartal I 2025. Capaian ini sebagian besar didorong oleh pertumbuhan pendapatan pangsa charter dan penerbangan tidak berjadwal, yang meningkat sebesar 92,88 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Ini menunjukkan adaptasi Garuda dalam menangkap peluang pasar di luar penerbangan berjadwal.

Secara keseluruhan, pendapatan operasional konsolidasian Garuda Indonesia Group per 31 Maret 2025 tercatat naik 1,63 persen atau senilai USD 723,56 juta dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meskipun angka pertumbuhan 1,63% terlihat moderat, dalam konteks pemulihan pasca-pandemi dan restrukturisasi yang masif, peningkatan ini adalah sinyal positif yang menunjukkan tren pendapatan yang stabil dan mulai pulih. Hal ini juga didukung oleh efisiensi biaya yang terus diupayakan, yang membuat pendapatan bersih dapat dipertahankan.

Dari sisi operasional, sepanjang kuartal I 2025 Garuda Indonesia Group berhasil mengangkut total 5,13 juta penumpang. Angka ini terbagi menjadi 2,65 juta penumpang yang dilayani oleh Garuda Indonesia dan 2,48 juta penumpang oleh Citilink. Jumlah penumpang yang signifikan ini mencerminkan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap layanan Garuda Group dan pemulihan permintaan perjalanan udara pasca-pandemi. Peningkatan jumlah penumpang ini secara langsung berkontribusi pada peningkatan pendapatan dan menunjukkan bahwa strategi ekspansi rute dan peningkatan kualitas layanan mulai membuahkan hasil.

Visi Jangka Panjang: Menuju Maskapai Global Berkelanjutan

Dalam kerangka strategi kinerja jangka panjang, Garuda Indonesia akan menerapkan 11 langkah prioritas untuk mentransformasi usahanya. Selain ekspansi armada dan jaringan, perusahaan juga akan fokus pada penguatan ekosistem pendukung penerbangan, mendorong kolaborasi antar seluruh lini usaha dalam grup, mendorong digitalisasi secara menyeluruh, dan meningkatkan kualitas pengalaman pengguna jasa secara berkelanjutan.

Visi ini tidak hanya terbatas pada pencapaian target hingga tahun 2029, melainkan juga berorientasi pada pembangunan Garuda Indonesia sebagai maskapai yang berkelanjutan dan kompetitif di kancah global. Ini mencakup komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan melalui penggunaan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) dan operasional yang lebih ramah lingkungan, serta pengembangan sumber daya manusia yang adaptif terhadap dinamika industri penerbangan modern.

Peran Danantara dalam proses ini sangat strategis. Sebagai Badan Pengelola Investasi, Danantara memiliki mandat untuk mengoptimalkan nilai aset negara dan mendorong pertumbuhan entitas BUMN. Keterlibatan langsung Danantara dalam transformasi Garuda menunjukkan keseriusan pemerintah untuk memastikan maskapai nasional ini tidak hanya pulih, tetapi juga tumbuh menjadi entitas yang sehat secara finansial dan operasional, serta memberikan kontribusi maksimal bagi perekonomian nasional, terutama dalam mendukung sektor pariwisata dan konektivitas antarpulau.

Transformasi menyeluruh Garuda Indonesia adalah sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan konsistensi, inovasi, dan adaptasi. Dengan dukungan kuat dari Danantara, sinergi internal grup, serta fokus pada pilar-pilar strategis, Garuda Indonesia optimis dapat mengukir babak baru dalam sejarahnya, menjadi maskapai yang lebih tangguh, efisien, dan dicintai oleh masyarakat Indonesia serta diakui secara internasional. Tantangan ke depan mungkin masih ada, seperti fluktuasi harga bahan bakar, persaingan ketat, dan kondisi geopolitik global, namun dengan fondasi yang kuat dan visi yang jelas, Garuda Indonesia siap menghadapi dan melampaui berbagai rintangan tersebut demi masa depan yang lebih cerah.

COO Danantara: Garuda Indonesia Memasuki Era Transformasi Menyeluruh dengan Visi Ambisius

More From Author

Serapan Avtur untuk Pemulangan Jemaah Haji Embarkasi Solo Capai 3.700 Kiloliter

Respons BRI Soal Dugaan Korupsi Pengadaan EDC yang Diusut KPK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *