
ESDM Beberkan Strategi Wujudkan Ketahanan Energi, Apa Saja?
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, mengungkapkan serangkaian strategi yang tengah disiapkan pemerintah untuk mewujudkan ketahanan energi nasional. Dalam sebuah forum diskusi yang diselenggarakan oleh KataData Indonesia, Yuliot menekankan bahwa ketahanan energi merupakan pilar penting dalam kebijakan nasional, memengaruhi berbagai aspek mulai dari pertumbuhan ekonomi hingga stabilitas keamanan negara.
"Sesuai dengan prioritas program nasional, untuk mencapai ketahanan nasional yang mencakup keamanan negara, kemandirian di bidang energi adalah suatu keharusan," tegas Yuliot dalam keterangan tertulis yang disampaikan pada hari Jumat, 11 Juli 2025.
Yuliot menjelaskan bahwa kemandirian energi tidak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan energi secara mandiri, tetapi juga mencakup pembangunan ekonomi hijau dan keberlanjutan program hilirisasi industri. Namun, ia mengakui bahwa perjalanan menuju ketahanan energi nasional tidaklah mudah, melainkan dipenuhi dengan berbagai tantangan kompleks.
Beberapa tantangan utama yang diidentifikasi oleh Yuliot antara lain:
- Akses Energi yang Belum Merata: Distribusi energi yang tidak merata di seluruh wilayah Indonesia menjadi hambatan signifikan. Banyak daerah terpencil dan pulau-pulau kecil masih mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses energi yang memadai, menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesenjangan sosial.
- Ketidakpastian Geopolitik Global: Fluktuasi harga energi global dan ketidakstabilan geopolitik dapat berdampak besar pada pasokan energi nasional. Ketergantungan pada impor energi membuat Indonesia rentan terhadap guncangan eksternal yang dapat mengganggu stabilitas energi.
- Ketergantungan pada Impor Energi: Tingkat ketergantungan yang tinggi pada impor energi, terutama minyak dan gas, menjadi masalah krusial. Hal ini tidak hanya meningkatkan risiko terhadap fluktuasi harga global, tetapi juga mengurangi kemandirian energi dan meningkatkan defisit neraca perdagangan.
- Beban Fiskal Subsidi Energi: Subsidi energi yang besar membebani anggaran negara dan mengurangi alokasi untuk sektor-sektor penting lainnya seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Subsidi energi juga seringkali tidak tepat sasaran, dinikmati oleh kelompok masyarakat yang tidak seharusnya menerima bantuan.
- Target Bauran EBT 23 Persen di 2025: Target ambisius untuk mencapai 23 persen bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) pada tahun 2025 memerlukan investasi besar dan perubahan kebijakan yang signifikan. Implementasi EBT juga menghadapi tantangan teknis dan ekonomi, termasuk biaya investasi yang tinggi dan intermitensi sumber energi terbarukan.
Menyadari kompleksitas tantangan tersebut, pemerintah telah menyiapkan serangkaian strategi komprehensif untuk memperkuat ketahanan energi nasional. Strategi-strategi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari peningkatan produksi migas hingga pengembangan energi terbarukan.
Berikut adalah rincian strategi yang dipaparkan oleh Yuliot:
1. Peningkatan Lifting dan Infrastruktur Migas:
Pemerintah menargetkan peningkatan produksi minyak (lifting) menjadi 1 juta barel per hari (bopd) dan produksi gas menjadi 12 miliar kaki kubik per hari (MMSCFD) pada tahun 2030. Untuk mencapai target ini, pemerintah akan fokus pada peningkatan eksplorasi dan produksi di lapangan-lapangan migas yang sudah ada, serta pengembangan lapangan-lapangan baru.
Selain itu, pembangunan infrastruktur migas juga menjadi prioritas utama. Pemerintah akan mempercepat pembangunan jaringan pipa gas, termasuk proyek pipa Cirebon-Semarang sepanjang 325 km dan Dumai-Sei Mangke sepanjang 555 km. Pembangunan infrastruktur ini bertujuan untuk meningkatkan akses gas ke berbagai wilayah di Indonesia, mengurangi ketergantungan pada impor, dan mendukung pengembangan industri berbasis gas.
2. Penguatan Pasokan Listrik:
Pemerintah telah mengesahkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN untuk periode 2025-2034. Dokumen ini menjadi panduan utama dalam pengembangan sektor kelistrikan nasional. RUPTL menargetkan penambahan pembangkit listrik sebesar 69,5 gigawatt (GW), pembangunan jaringan transmisi sepanjang 47.758 kilometer sirkuit, serta gardu induk dengan total kapasitas 107.950 Mega Volt Ampere (MVA).
Penguatan pasokan listrik akan dilakukan melalui diversifikasi sumber energi, termasuk peningkatan pemanfaatan energi terbarukan seperti tenaga surya, tenaga angin, tenaga air, dan panas bumi. Selain itu, pemerintah juga akan mendorong pembangunan pembangkit listrik berbasis gas dan batu bara bersih untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat.
3. Ekspansi Energi Baru dan Terbarukan (EBT):
Pemerintah berkomitmen untuk mempercepat pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025. Selain itu, pengembangan EBT juga diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Salah satu program utama dalam pengembangan EBT adalah program biodiesel. Pemerintah menargetkan implementasi biodiesel 40 persen (B40) pada tahun 2025 dan B50 pada tahun 2026. Program ini diharapkan dapat mengurangi impor solar, meningkatkan permintaan produk kelapa sawit dalam negeri, dan menciptakan lapangan kerja di sektor pertanian dan industri pengolahan.
Selain biodiesel, pemerintah juga akan mendorong pengembangan energi terbarukan lainnya seperti tenaga surya, tenaga angin, tenaga air, dan panas bumi. Kapasitas EBT di sektor kelistrikan diproyeksikan mencapai 42,6 GW pada tahun 2034. Untuk mendukung pencapaian target ini, pemerintah akan memberikan insentif fiskal dan non-fiskal kepada investor, serta menyederhanakan proses perizinan.
Yuliot menekankan pentingnya evaluasi rutin terhadap kesiapan industri dan ketersediaan bahan baku dalam negeri untuk memastikan keberhasilan program EBT. Pemerintah akan terus berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk pelaku industri, akademisi, dan masyarakat sipil, untuk mengatasi berbagai tantangan dan memastikan bahwa program EBT berjalan sesuai dengan rencana.
Selain strategi-strategi tersebut, pemerintah juga akan fokus pada peningkatan efisiensi energi, konservasi energi, dan pengembangan teknologi energi baru. Upaya-upaya ini diharapkan dapat mengurangi konsumsi energi, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan inovasi di sektor energi.
Dengan implementasi strategi yang komprehensif dan terkoordinasi, pemerintah optimis dapat mewujudkan ketahanan energi nasional yang berkelanjutan dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Ketahanan energi bukan hanya sekadar pemenuhan kebutuhan energi, tetapi juga merupakan fondasi penting bagi kemajuan bangsa dan kesejahteraan masyarakat.
