
INA Kantongi Total Investasi Rp 65,4 Triliun per Mei 2025
Indonesia Investment Authority (INA), sovereign wealth fund Indonesia, telah mencatatkan pencapaian investasi yang signifikan sejak didirikan pada tahun 2020. Hingga Mei 2025, total nilai investasi kumulatif yang berhasil diraih mencapai Rp 65,4 triliun. Pencapaian ini menjadi bukti nyata peran INA dalam menarik modal asing dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah, mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2024, INA berhasil menarik investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) sebesar Rp 13,8 triliun. Angka ini setara dengan 2,5 kali lipat dari investasi ekuitas INA pada periode yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa INA mampu menjadi magnet bagi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
"Pendekatan investasi INA selalu konsisten, yakni disiplin, berlandaskan fundamental yang kuat, dan berorientasi pada penciptaan nilai jangka panjang, sekaligus memastikan dampak pembangunan yang berarti bagi Indonesia," kata Ridha Wirakusumah dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 10 Juli 2025, seperti dikutip dari Antara. Pernyataan ini menegaskan komitmen INA untuk berinvestasi secara bertanggung jawab dan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan nasional.
Pada tahun 2024, INA telah merealisasikan delapan investasi di beberapa sektor prioritas dengan total penyaluran modal sebesar Rp 19,5 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp 5,6 triliun merupakan kontribusi INA, sementara Rp 13,8 triliun berasal dari mitra investor. Hal ini menunjukkan bahwa INA mampu menggandeng investor lain untuk berinvestasi bersama dalam proyek-proyek strategis di Indonesia.
Total transaksi yang terealisasi hingga Desember 2024 mencapai Rp 60,9 triliun dari 15 transaksi. Jumlah ini terdiri atas Rp 24,9 triliun kontribusi INA dan Rp 36 triliun dari mitra investor. Angka ini menunjukkan bahwa INA semakin aktif dalam melakukan investasi dan mampu menarik minat investor untuk berpartisipasi dalam berbagai proyek di Indonesia.
Sepanjang tahun lalu, INA mengarahkan investasinya di empat sektor prioritas nasional, yaitu transportasi dan logistik, energi hijau dan transformasi, infrastruktur digital, serta kesehatan. Pemilihan sektor-sektor ini sejalan dengan visi pemerintah untuk memajukan infrastruktur, mendorong energi bersih, meningkatkan konektivitas digital, dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia.
Di sektor transportasi dan logistik, INA memulai pengelolaan Pelabuhan Belawan New Container Terminal (BNCT) pada Januari 2024 bersama DP World dan Pelindo. Kemitraan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kapasitas pelabuhan Belawan sebagai salah satu pintu gerbang utama perdagangan di Sumatera Utara.
Hingga akhir tahun, BNCT telah menangani lebih dari 600.000 twenty-foot equivalent units (TEUs) melalui lebih dari 16 jalur pelayaran reguler, dengan lima operator pelayaran global terbesar menyumbang 62,5 persen dari total volume pengiriman. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan BNCT oleh INA dan mitra telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan volume perdagangan dan konektivitas maritim Indonesia.
INA juga memperkuat ekosistem logistik Indonesia melalui kemitraan dengan ESR dan Mitsubishi Corporation Urban Development Indonesia (MCUDI) untuk mengembangkan jaringan pergudangan modern di Indonesia. Investasi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok dan mendukung pertumbuhan sektor industri dan perdagangan di Indonesia. Dengan adanya jaringan pergudangan modern, diharapkan biaya logistik dapat ditekan dan daya saing produk Indonesia di pasar global dapat meningkat.
Selain itu, INA memfasilitasi penanaman modal Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) dan APG Asset Management di ruas Medan-Binjai dan Bakauheni-Terbanggi Besar di Jalan Tol Trans-Sumatera, dengan total nilai investasi Rp 8,2 triliun. Investasi ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur jalan tol di Sumatera dan meningkatkan konektivitas antar wilayah. Dengan adanya jalan tol yang lebih baik, diharapkan pertumbuhan ekonomi di Sumatera dapat meningkat dan distribusi barang dan jasa dapat lebih efisien.
Di sektor infrastruktur digital, INA bersama DayOne, sebelumnya dikenal sebagai GDS, membentuk joint venture untuk membangun platform pusat data berbasis AI di Indonesia. Investasi ini bertujuan untuk mendukung pengembangan ekonomi digital dan meningkatkan kapasitas penyimpanan data di Indonesia. Dengan adanya platform pusat data berbasis AI, diharapkan Indonesia dapat menjadi pusat data regional dan menarik investasi di sektor teknologi.
Di sektor kesehatan, INA dan Swire Pacific Limited (Swire Pacific) telah menyelesaikan fase pertama investasi keduanya di PT Pertamina Bina Medika IHC (IHC) pada Juli 2024. Investasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan memperluas jaringan rumah sakit IHC di seluruh Indonesia. Dengan adanya investasi ini, diharapkan masyarakat Indonesia dapat memiliki akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan yang berkualitas.
INA juga mendukung pembangunan fasilitas fraksionasi plasma pertama di Indonesia dari hasil kolaborasi bersama SK Plasma, anak perusahaan dari SK Group Korea Selatan. Proyek ini dijalankan melalui kerja sama erat dengan Palang Merah Indonesia (PMI) dan rumah sakit rujukan milik pemerintah di bawah Kementerian Kesehatan. Investasi ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian Indonesia dalam memproduksi produk plasma dan mengurangi ketergantungan pada impor. Dengan adanya fasilitas fraksionasi plasma di Indonesia, diharapkan kebutuhan akan produk plasma dapat terpenuhi dan biaya pengobatan dapat lebih terjangkau.
Bersama mitra investornya, Asset Under Management (AUM) INA mencapai Rp 144,3 triliun pada akhir 2024, meningkat 92 persen sejak didirikan. Pertumbuhan AUM yang signifikan ini menunjukkan bahwa INA semakin dipercaya oleh investor dan mampu mengelola aset dengan baik. Peningkatan AUM juga akan memberikan INA kemampuan yang lebih besar untuk berinvestasi di berbagai sektor strategis di Indonesia.
INA juga mencatat laba bersih sebesar Rp 5,4 triliun pada 2024, meningkat 26,2 persen dari Rp 4,3 triliun pada 2023. Peningkatan laba bersih ini menunjukkan bahwa INA mampu menghasilkan keuntungan yang signifikan dari investasinya dan memberikan kontribusi positif bagi pendapatan negara. Laba bersih yang tinggi juga akan memperkuat posisi keuangan INA dan memungkinkan INA untuk terus berinvestasi di masa depan.
Di luar aspek keuangan, INA berada di peringkat kredit pertamanya dari Fitch Ratings, yakni BBB (internasional) dan AAA (idn) (domestik) pada 2024. Peringkat kredit yang baik ini menunjukkan bahwa INA memiliki fundamental keuangan yang kuat dan mampu memenuhi kewajibannya. Peringkat kredit ini juga akan meningkatkan kepercayaan investor dan memudahkan INA untuk mendapatkan pendanaan di pasar modal.
Pencapaian INA dalam menarik investasi dan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan ekonomi Indonesia patut diapresiasi. Dengan strategi investasi yang disiplin, berlandaskan fundamental yang kuat, dan berorientasi pada penciptaan nilai jangka panjang, INA diharapkan dapat terus menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Keberhasilan INA juga akan memberikan dampak positif bagi penciptaan lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan kemajuan bangsa Indonesia.
Ke depan, INA perlu terus meningkatkan kinerja dan memperluas jangkauan investasinya. INA juga perlu terus menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik investor asing maupun domestik, untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan dalam mengelola investasi. Dengan kerja keras dan kerjasama yang baik, INA dapat menjadi sovereign wealth fund yang handal dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan Indonesia.