
Pagi Ini IHSG Menguat. Apa Sebabnya?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) memulai pekan ini dengan optimisme, mencatatkan penguatan signifikan pada Senin pagi, 14 Juli 2025. Sentimen positif dari dalam negeri menjadi pendorong utama, menarik minat pelaku pasar untuk kembali berinvestasi di pasar modal Indonesia. Pada pembukaan perdagangan, IHSG melompat 83,09 poin atau setara dengan 1,18 persen, menembus level 7.130,53. Kinerja solid ini juga tercermin pada indeks LQ45, yang berisikan 45 saham unggulan, yang naik 2,22 poin atau 0,28 persen ke posisi 788,32.
Analis dari Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya menyebutkan bahwa IHSG diproyeksikan akan melanjutkan tren positifnya pada awal pekan ini, didukung oleh kombinasi sentimen global dan domestik yang kondusif. Optimisme ini didasarkan pada beberapa faktor kunci yang mempengaruhi pergerakan pasar saham.
Salah satu faktor utama yang memicu penguatan IHSG adalah euforia yang masih berlanjut dari parade Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana yang terjadi pada pekan sebelumnya. Beberapa saham IPO bahkan terus mencatatkan auto reject atas (ARA), yang menunjukkan tingginya minat investor terhadap saham-saham baru tersebut. Fenomena ini memberikan sentimen positif secara keseluruhan terhadap pasar saham, karena menunjukkan bahwa investor memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap prospek pertumbuhan perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Selain itu, pelaku pasar juga bersikap wait and see terhadap Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan berlangsung pada tanggal 15-16 Juli 2025. RDG ini menjadi perhatian utama karena akan menentukan arah kebijakan suku bunga acuan BI. Ada dua pandangan yang berkembang di kalangan pelaku pasar mengenai kebijakan suku bunga BI. Sebagian memproyeksikan bahwa BI akan mempertahankan tingkat suku bunganya pada level saat ini, sementara sebagian lainnya memperkirakan bahwa BI akan menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen. Kebijakan suku bunga BI memiliki dampak yang signifikan terhadap pasar saham, karena dapat mempengaruhi biaya pinjaman perusahaan dan daya tarik investasi di pasar modal.
Di sisi lain, sentimen dari mancanegara juga turut mempengaruhi pergerakan IHSG. Kebijakan ekonomi yang diambil oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjadi perhatian utama. Trump mengumumkan kebijakan tarif impor sebesar 35 persen untuk produk dari Kanada, dan memperingatkan bahwa tarif serupa berpotensi diberlakukan ke negara mitra dagang lainnya. Selain itu, Trump juga mengumumkan akan memberlakukan tarif impor sebesar 30 persen terhadap Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus 2025, karena kedua pihak tersebut gagal mencapai kesepakatan dagang dengan AS. Kebijakan proteksionisme yang diambil oleh Trump ini dapat memicu perang dagang global, yang berpotensi berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dunia dan pasar keuangan.
Selain kebijakan tarif impor, pasar juga mencermati kabar mengenai kemungkinan mundurnya Ketua The Fed Jerome Powell dari jabatannya. Informasi ini disampaikan oleh Direktur Federal Housing Finance Agency (FHFA) Bill Pulte melalui keterangan resminya pada Sabtu (12/7/2025). Meskipun belum ada pernyataan resmi dari Powell maupun pejabat The Fed lainnya mengenai kabar tersebut, situasi ini memicu spekulasi di kalangan pasar keuangan terkait kemungkinan adanya ketegangan internal di tubuh bank sentral AS, terutama di tengah tekanan politik dari Trump. Ketidakpastian mengenai kepemimpinan The Fed dapat mempengaruhi kebijakan moneter AS dan stabilitas pasar keuangan global.
Dari data ekonomi, AS akan merilis data inflasi indeks harga konsumen (IHK) periode Juni 2025 pada Rabu (16/7/2025). Setelah berbulan-bulan mengalami inflasi yang sangat rendah, AS kemungkinan mengalami pertumbuhan harga yang sedikit lebih cepat pada Juni 2025 seiring perusahaan mulai meneruskan biaya barang impor yang lebih tinggi terkait tarif. Data inflasi AS menjadi penting karena dapat mempengaruhi kebijakan moneter The Fed. Jika inflasi meningkat lebih tinggi dari perkiraan, The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga, yang dapat berdampak negatif terhadap pasar saham.
Pada perdagangan Jumat, 11 Juli 2025, bursa saham Eropa mayoritas ditutup melemah, diantaranya Euro Stoxx 50 melemah 1,01 persen, indeks FTSE 100 Inggris turun 0,38 persen, indeks DAX Jerman turun 0,82 persen, serta indeks CAC Prancis melemah 0,92 persen. Penurunan bursa saham Eropa ini disebabkan oleh kekhawatiran terhadap dampak perang dagang global dan ketidakpastian politik di beberapa negara Eropa.
Seiring dengan itu, bursa saham AS di Wall Street juga ditutup mayoritas melemah pada perdagangan 11 Juli 2025), di antaranya indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,63 persen, indeks S&P 500 turun 0,33 persen, indeks Nasdaq turun 0,22 persen. Penurunan bursa saham AS ini disebabkan oleh kekhawatiran terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi AS dan ketidakpastian mengenai kebijakan moneter The Fed.
Namun, sentimen negatif dari bursa saham global tidak terlalu mempengaruhi pergerakan IHSG pada Senin pagi. Bursa saham regional Asia pagi ini menunjukkan kinerja yang beragam, antara lain indeks Nikkei melemah 140,18 poin atau 0,37 persen ke 39.427,50, indeks Shanghai menguat 16,70 poin atau 0,48 persen ke 3.526,76, indeks Hang Seng naik 137,06 poin atau 0,59 persen ke 24.167,00, indeks Straits Times naik 16,11 poin atau 0,39 persen ke 4.130,00.
Secara keseluruhan, penguatan IHSG pada Senin pagi didorong oleh kombinasi sentimen positif dari dalam negeri, seperti euforia IPO dan harapan terhadap kebijakan suku bunga BI yang akomodatif. Meskipun terdapat sentimen negatif dari mancanegara, seperti kebijakan tarif impor AS dan ketidakpastian mengenai kepemimpinan The Fed, pasar saham Indonesia tetap menunjukkan ketahanannya. Investor tampaknya lebih fokus pada prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kinerja perusahaan-perusahaan di dalam negeri.
Namun, perlu diingat bahwa pergerakan pasar saham selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Oleh karena itu, investor perlu tetap berhati-hati dan melakukan analisis yang cermat sebelum mengambil keputusan investasi. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan perkembangan ekonomi global dan kebijakan ekonomi yang diambil oleh negara-negara besar, karena dapat berdampak signifikan terhadap pasar keuangan Indonesia.
Ke depan, kinerja IHSG akan sangat bergantung pada beberapa faktor kunci, antara lain:
- Kebijakan Suku Bunga BI: Keputusan BI dalam RDG pada tanggal 15-16 Juli 2025 akan menjadi penentu utama arah pergerakan IHSG. Jika BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga, hal ini akan memberikan sentimen positif terhadap pasar saham, karena dapat meningkatkan likuiditas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
- Perkembangan Ekonomi Global: Pertumbuhan ekonomi global, terutama di negara-negara mitra dagang utama Indonesia, akan mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di Indonesia. Jika ekonomi global tumbuh dengan baik, hal ini akan meningkatkan permintaan terhadap produk-produk Indonesia dan mendorong pertumbuhan pendapatan perusahaan.
- Kebijakan Ekonomi AS: Kebijakan ekonomi yang diambil oleh AS, terutama kebijakan tarif impor dan kebijakan moneter The Fed, akan berdampak signifikan terhadap pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Investor perlu mencermati perkembangan kebijakan ekonomi AS dan dampaknya terhadap pasar saham.
- Stabilitas Politik dan Keamanan: Stabilitas politik dan keamanan dalam negeri juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi pergerakan IHSG. Jika kondisi politik dan keamanan stabil, hal ini akan meningkatkan kepercayaan investor dan mendorong investasi di pasar modal.
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, investor dapat mengambil keputusan investasi yang lebih tepat dan memaksimalkan potensi keuntungan di pasar saham Indonesia. Namun, penting juga untuk diingat bahwa investasi di pasar saham selalu mengandung risiko, dan investor perlu siap menghadapi risiko tersebut. Diversifikasi portofolio dan manajemen risiko yang baik adalah kunci untuk mencapai kesuksesan dalam berinvestasi di pasar saham.
