Profil Denny JA, Pendiri LSI yang Jadi Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi

Profil Denny JA, Pendiri LSI yang Jadi Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi

Profil Denny JA, Pendiri LSI yang Jadi Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi

PT Pertamina Hulu Energi (PHE), salah satu anak perusahaan raksasa energi nasional, Pertamina, mengumumkan penunjukan Denny Januar Ali, yang lebih dikenal sebagai Denny JA, sebagai Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen. Pengumuman ini, yang disampaikan oleh Corporate Secretary PHE Hermansyah Yuliandri Nasroen pada Kamis, 10 Juli 2025, menandai babak baru dalam karier Denny JA yang sebelumnya dikenal luas sebagai tokoh di bidang survei opini publik dan konsultan politik. Penunjukan ini sontak menuai perhatian publik, mengingat latar belakang Denny JA yang tidak secara langsung terkait dengan industri hulu minyak dan gas.

Hermansyah Yuliandri Nasroen menekankan bahwa penunjukan Direksi dan Komisaris merupakan wewenang penuh dari pemegang saham. Lebih lanjut, ia menyatakan optimisme bahwa susunan baru ini akan membawa dampak positif bagi perusahaan. "Pertamina Subholding Upstream tentunya mendukung dan comply pada kebijakan dan keputusan pemegang saham. Diharapkan dengan susunan baru ini dapat membawa perubahan positif dan meningkatkan profesionalitas, khususnya menjaga ketahanan energi," ujarnya dalam keterangan tertulis. Pernyataan ini mengisyaratkan harapan besar terhadap kontribusi Denny JA dalam meningkatkan kinerja PHE dan menjaga stabilitas pasokan energi nasional.

Denny JA: Dari Akademisi Hingga Penggiat Opini Publik

Denny JA, lahir di Palembang, Sumatera Selatan, pada tanggal 4 Januari 1963, adalah figur yang memiliki latar belakang pendidikan yang kuat. Ia merupakan alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH UI), sebuah institusi pendidikan tinggi yang sangat dihormati di Indonesia. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya, Denny JA melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi di Amerika Serikat. Ia meraih gelar Master of Public Administration dari Pittsburgh University dan kemudian meraih gelar doktor (S3) di Ohio University pada tahun 2001. Disertasinya berfokus pada analisis politik dan perilaku pemilih, yang menjadi fondasi bagi kariernya di bidang survei opini publik.

Namanya mulai dikenal luas di Indonesia setelah ia mendirikan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tahun 2003. LSI dengan cepat menjadi salah satu lembaga survei yang paling dihormati dan berpengaruh di Indonesia, dikenal karena metodologinya yang ketat dan akurat. Kesuksesan LSI kemudian diikuti dengan pendirian Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada tahun 2005, Asosiasi Riset Opini Publik (Aropi) pada tahun 2007, dan Asosiasi Konsultan Politik Indonesia (Akopi) pada tahun 2009. Melalui organisasi-organisasi ini, Denny JA berperan aktif dalam membentuk lanskap opini publik dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia.

Pada tahun 2015, Denny JA menerima pengakuan internasional atas pengaruhnya di dunia digital. Ia dinobatkan sebagai salah satu dari 30 orang paling berpengaruh di internet oleh Majalah Time, sebuah penghargaan yang mengakui perannya dalam memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan gagasan dan mempengaruhi opini publik. Penghargaan ini semakin mengukuhkan posisinya sebagai tokoh penting dalam perkembangan media sosial dan komunikasi politik di Indonesia.

Denny JA juga dikenal sebagai pelopor tradisi baru survei opini publik di Indonesia. Ia memperkenalkan metode-metode baru dan inovatif dalam pengumpulan dan analisis data, serta mempromosikan transparansi dan akuntabilitas dalam praktik survei. Kontribusinya dalam bidang ini telah diakui secara luas oleh para akademisi, praktisi politik, dan masyarakat umum.

Selain itu, Denny JA juga meraih penghargaan The Legend Award dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Lemprid) atas pencapaiannya sebagai konsultan politik yang turut memenangkan presiden dalam pemilihan presiden (Pilpres) lima periode berturut-turut, yaitu pada 2004, 2009, 2014, 2019, dan 2024. Penghargaan ini merupakan bukti nyata dari keahliannya dalam strategi politik dan kemampuannya untuk memahami dinamika pemilih.

Kontroversi dan Klarifikasi: Isu Permintaan Jabatan Komisaris Inalum

Meskipun dikenal sebagai figur yang sukses dan berpengaruh, Denny JA tidak luput dari kontroversi. Pada tahun 2020, ia sempat dikabarkan meminta jabatan di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai Komisaris PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum. Isu ini beredar melalui pesan singkat di grup WhatsApp, yang kemudian menjadi viral di media sosial.

Menurut kabar yang beredar, Denny JA diduga hendak mengirimkan pesan permintaan jabatan kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) kala itu, Luhut Binsar Pandjaitan. Namun, pesan pribadi tersebut salah kirim dan diteruskan ke WhatsApp Group Tokoh Nasional, sehingga bocor dan menyebar luas.

Menanggapi isu tersebut, Denny JA memberikan klarifikasi melalui cerita pendek (cerpen) dan menyebutnya sebagai gosip. Ia merespons isu tersebut dengan santai, sambil menyeruput kopi. "Diberitakan, WA-nya ke salah satu menteri bocor. Ia menawarkan diri menjadi komisaris salah satu BUMN. Entah apa yang salah?" ucap Denny JA dalam keterangan tertulis, Rabu, 15 Januari 2020.

Denny JA mengungkapkan bahwa dirinya sudah terbiasa dengan gosip. Sebelum Pilpres 2019, ia juga pernah diisukan menerima uang sebesar Rp 45 miliar dari mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memenangkan calon inkamben tersebut. Kali ini, lanjut dia, gosip yang menyebar menyatakan dirinya meminta jabatan komisaris di BUMN.

Menurut Denny JA, ia justru sempat meneruskan gosip yang beredar melalui pesan grup WhatsApp itu ke beberapa orang sebagai informasi. "Ternyata, itu malah di-forward beberapa kali oleh mereka yang senang bergosip ke aneka grup tanpa ada check and recheck dan mengelaborasi konteksnya dulu," ujar dia.

Lebih lanjut, Denny JA menyatakan bahwa jika benar ia meminta jabatan komisaris di BUMN, maka tidak ada yang salah dengan hal itu. Ia berpendapat bahwa ia telah berkontribusi dalam memenangkan Presiden Jokowi selama dua periode, dan wajar jika ia ingin berperan lebih jauh dalam memajukan negara. "Apa yang salah dengan seseorang yang ingin berperan ikut memajukan negaranya dengan mengajukan diri menjadi komisaris BUMN? Bukankah itu memang jabatan terbuka yang bisa diisi siapa saja yang kompeten?" kata Denny JA.

Ia juga menambahkan bahwa tidak ada pelanggaran hukum atau skandal dalam tindakan tersebut. "Bukankah tak ada pelanggaran hukum di sana? Tak ada skandal di sana? Bukankah semua orang pada dasarnya bagus-bagus saja melakukan lobi, meyakinkan aneka pihak?" ucap Denny JA.

Tantangan dan Harapan di Pertamina Hulu Energi

Penunjukan Denny JA sebagai Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen Pertamina Hulu Energi (PHE) menghadirkan tantangan sekaligus harapan baru. Dengan latar belakangnya yang kuat di bidang survei opini publik dan konsultan politik, Denny JA diharapkan dapat memberikan perspektif yang segar dan inovatif dalam pengelolaan perusahaan.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh Denny JA adalah memahami kompleksitas industri hulu minyak dan gas, yang sangat berbeda dengan bidang yang selama ini ia geluti. Ia perlu mempelajari seluk-beluk operasi hulu migas, teknologi yang digunakan, regulasi yang berlaku, serta dinamika pasar global.

Namun, di sisi lain, latar belakang Denny JA yang unik juga dapat menjadi aset berharga bagi PHE. Pengalamannya dalam menganalisis data, memahami perilaku konsumen, dan merumuskan strategi komunikasi yang efektif dapat membantu PHE dalam meningkatkan kinerja operasional, membangun citra perusahaan yang positif, dan memperkuat hubungan dengan para pemangku kepentingan.

Sebagai Komisaris Independen, Denny JA juga diharapkan dapat menjaga independensi dan objektivitas dalam pengambilan keputusan. Ia harus mampu memberikan masukan yang konstruktif kepada Direksi dan memastikan bahwa perusahaan beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).

Penunjukan Denny JA sebagai Komisaris Utama PHE merupakan langkah yang berani dan inovatif dari pemegang saham. Langkah ini menunjukkan bahwa Pertamina terbuka terhadap ide-ide baru dan bersedia untuk melibatkan para profesional dari berbagai latar belakang untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Keberhasilan Denny JA di PHE akan menjadi tolok ukur bagi keberhasilan model kepemimpinan yang beragam dan inklusif di sektor energi Indonesia.

Dengan pengalaman, pengetahuan, dan jaringan yang dimilikinya, Denny JA diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan Pertamina Hulu Energi dan ketahanan energi nasional. Publik akan menantikan gebrakan dan inovasi yang akan ia lakukan dalam menjalankan tugas barunya sebagai pemimpin di salah satu perusahaan energi terbesar di Indonesia.

Profil Denny JA, Pendiri LSI yang Jadi Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi

More From Author

Tunjuk Stella Christie dan Qodari Jadi Komisaris, Pertamina Hulu Energi: Wewenang Pemegang Saham

Direktur Utama Allo Bank Mundur Usai Jadi Tersangka Kasus Korupsi EDC

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *