
Ramai Sarjana Daftar Petugas PPSU di Jakarta, Berapa Gajinya?
Fenomena menarik terjadi di Jakarta pada Juli 2025, ketika sejumlah lulusan sarjana (S1) berbondong-bondong mendaftar sebagai petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU). Hal ini memicu pertanyaan: mengapa profesi yang kerap dianggap "kelas bawah" ini justru menarik minat kaum terpelajar? Dan yang tak kalah penting, berapa sebenarnya gaji yang ditawarkan oleh pekerjaan ini?
Nabila (27), seorang alumnus S1 jurusan akuntansi dari sebuah perguruan tinggi di sekitar Jakarta, menjadi salah satu contohnya. Ia mengaku terpaksa melamar sebagai petugas kebersihan, yang lebih dikenal sebagai "Pasukan Oranye," karena minimnya lowongan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. "Sekarang ini kan memang lagi susah mencari pekerjaan," ujarnya, seperti dikutip dari laman Pemerintah Kota (Pemkot) Administrasi Jakarta Pusat pada Rabu, 9 Juli 2025. Pengakuan Nabila ini mencerminkan realitas pasar kerja yang semakin kompetitif, di mana gelar sarjana tidak lagi menjadi jaminan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Kondisi ini diperparah dengan laporan dari berbagai sumber yang menyebutkan adanya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor industri pada tahun 2024 dan awal 2025. Otomatisasi dan digitalisasi menjadi faktor utama yang menyebabkan banyak pekerjaan tradisional hilang, sementara lapangan kerja baru yang membutuhkan keterampilan khusus belum mampu menyerap tenaga kerja secara optimal.
Gaji PPSU Jakarta: Antara Harapan dan Realita
Lantas, berapa sebenarnya gaji yang menjadi daya tarik bagi para sarjana ini? Berdasarkan informasi dari Antara, pada tahun 2025, petugas PPSU menerima gaji pokok (gapok) yang disesuaikan dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) Jakarta, yaitu sebesar Rp 5.396.761 per bulan. Meskipun berstatus sebagai pekerja harian lepas (PHL), mereka tetap menerima gaji secara bulanan melalui rekening Bank Jakarta (dulu Bank DKI).
Angka ini mungkin tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan gaji yang diharapkan oleh seorang sarjana. Namun, perlu diingat bahwa UMP Jakarta merupakan salah satu yang tertinggi di Indonesia, dan gaji PPSU ini sudah di atas rata-rata pendapatan masyarakat berpenghasilan rendah di ibukota.
Selain gaji pokok, petugas PPSU juga menerima berbagai tunjangan dan fasilitas tambahan yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Tunjangan ini merupakan bentuk apresiasi atas kontribusi mereka dalam menjaga kebersihan dan kenyamanan Jakarta.
Tunjangan-tunjangan tersebut meliputi:
- Tunjangan Transportasi: Untuk membantu biaya transportasi dari rumah ke tempat kerja dan sebaliknya.
- Tunjangan Kesehatan: Fasilitas kesehatan yang mencakup pemeriksaan kesehatan rutin dan pengobatan jika sakit.
- Tunjangan Hari Raya (THR): Diberikan menjelang hari raya Idul Fitri dan Natal.
- Tunjangan Kinerja: Diberikan berdasarkan kinerja individu dan kelompok.
- BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan: Jaminan sosial yang melindungi petugas PPSU dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit.
Bagi petugas PPSU yang mengemban tanggung jawab khusus, seperti operator alat berat di Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Bantar Gebang, akan mendapatkan tambahan penghasilan sekitar Rp 1,2 juta per bulan sebagai kompensasi atas risiko kerja yang lebih tinggi. Pekerjaan di TPA Bantar Gebang memang memiliki tingkat risiko yang tinggi karena paparan sampah dan limbah yang berbahaya.
Lebih dari Sekadar Gaji: Stabilitas dan Peluang
Selain gaji dan tunjangan, ada faktor lain yang membuat pekerjaan sebagai petugas PPSU menarik bagi sebagian orang, yaitu stabilitas. Sebagai pekerja di bawah naungan pemerintah daerah, petugas PPSU memiliki jaminan pekerjaan yang relatif lebih stabil dibandingkan dengan pekerja di sektor swasta. Mereka juga memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan pengembangan diri yang dapat meningkatkan keterampilan dan kompetensi mereka.
Beberapa petugas PPSU bahkan berhasil meraih promosi dan menduduki posisi yang lebih tinggi di pemerintahan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai petugas PPSU dapat menjadi batu loncatan untuk meraih karir yang lebih baik.
Mengenal Lebih Dekat PPSU: Garda Terdepan Kebersihan Jakarta
PPSU merupakan garda terdepan dalam menjaga kebersihan dan kenyamanan Jakarta. Mereka bekerja setiap hari, di bawah terik matahari dan hujan, untuk membersihkan jalanan, selokan, taman, dan fasilitas umum lainnya. Tanpa mereka, Jakarta akan menjadi kota yang kotor dan tidak nyaman untuk ditinggali.
Berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 267 Tahun 2025 tentang Pedoman Teknis Penanganan Prasarana dan Sarana Umum Tingkat Kelurahan, PPSU tingkat kelurahan merupakan pekerjaan yang perlu segera dilaksanakan dan tidak dapat ditunda, lantaran dapat menyebabkan kerugian, bahaya, dan mengganggu kepentingan publik atau masyarakat di wilayah kelurahan.
PPSU berperan dalam rangka mempercepat berfungsinya lokasi atau prasarana dan sarana atau aset publik maupun aset daerah yang rusak, kotor, dan/atau mengganggu sesuai dengan peruntukannya. Lingkup pekerjaan PPSU meliputi penanganan kebersihan, jalan, saluran, dan taman; percepatan data dan tata kelola administrasi; menjaga kebersihan, keindahan, dan kerapian kantor; serta ketertiban lingkungan dan dalam kantor kelurahan.
Petugas PPSU tingkat kelurahan terdiri dari petugas PPSU lapangan, petugas PPSU administrasi, petugas PPSU kebersihan, dan petugas PPSU keamanan tingkat kelurahan. Kualifikasi yang harus dipenuhi petugas PPSU minimal lulusan sekolah dasar (SD) dan sederajat dan/atau dapat membaca-menulis, serta diutamakan memiliki kartu tanda penduduk (KTP) Jakarta. Namun, dengan semakin banyaknya lulusan sarjana yang melamar, persaingan untuk menjadi petugas PPSU semakin ketat.
Implikasi Sosial dan Ekonomi
Fenomena sarjana yang melamar sebagai petugas PPSU memiliki implikasi sosial dan ekonomi yang signifikan. Di satu sisi, hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara ketersediaan lapangan kerja dan jumlah lulusan perguruan tinggi. Pemerintah perlu berupaya lebih keras untuk menciptakan lapangan kerja yang sesuai dengan kualifikasi para sarjana.
Di sisi lain, fenomena ini juga menunjukkan adanya perubahan persepsi terhadap pekerjaan "kelas bawah". Semakin banyak orang yang menyadari bahwa semua pekerjaan memiliki nilai dan kontribusi yang sama pentingnya bagi masyarakat. Pekerjaan sebagai petugas PPSU, meskipun terlihat sederhana, memiliki dampak yang besar bagi kebersihan dan kenyamanan kota.
Kesimpulan: Adaptasi di Tengah Perubahan
Kisah Nabila dan para sarjana lainnya yang memilih menjadi petugas PPSU adalah cerminan dari realitas pasar kerja yang dinamis. Di tengah persaingan yang semakin ketat dan perubahan teknologi yang pesat, adaptasi menjadi kunci untuk bertahan dan meraih kesuksesan.
Mungkin pekerjaan sebagai petugas PPSU bukanlah impian setiap sarjana. Namun, bagi sebagian orang, pekerjaan ini dapat menjadi solusi sementara untuk mengatasi masalah pengangguran dan mencari penghidupan yang layak. Yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan mengembangkan diri untuk meraih karir yang lebih baik di masa depan.
Pemerintah dan masyarakat perlu memberikan apresiasi yang tinggi kepada para petugas PPSU atas kerja keras dan dedikasi mereka dalam menjaga kebersihan dan kenyamanan Jakarta. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang patut kita banggakan.
