
Rupiah Ditutup Menguat di Level Rp 16.295 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah menunjukkan tren positif dengan penutupan pada level Rp 16.295 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat, 18 Juli 2025. Penguatan ini memberikan sedikit angin segar setelah fluktuasi yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Rupiah berhasil menguat sebesar 45 poin dibandingkan dengan penutupan sebelumnya yang berada di level Rp 16.340 per dolar AS. Namun, optimisme ini perlu diimbangi dengan kewaspadaan, mengingat prediksi dari pengamat mata uang yang memperkirakan adanya potensi pelemahan pada perdagangan Senin mendatang.
Ibrahim Assuaibi, seorang pengamat mata uang, memprediksi bahwa rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.280 hingga Rp 16.330 pada perdagangan awal pekan depan. Prediksi ini didasarkan pada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, termasuk ketidakpastian terkait kebijakan tarif dan arah kebijakan moneter yang akan diambil oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
Ketidakpastian kebijakan The Fed menjadi salah satu perhatian utama para pelaku pasar. Data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang dirilis menunjukkan angka yang sedikit di atas ekspektasi, mengindikasikan adanya dampak awal dari kebijakan tarif perdagangan yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump. Kenaikan IHK AS menjadi 322,56 pada bulan Juni, dari sebelumnya 321,46 pada bulan Mei 2025, memperkuat sikap hati-hati The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga. Investor semakin meyakini bahwa The Fed tidak akan terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, mengingat kondisi inflasi yang masih perlu dicermati.
Kebijakan perdagangan Presiden Trump yang cenderung tidak menentu juga menjadi faktor yang membebani sentimen pasar. Ketidakpastian ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga setelah tanggal 1 Agustus 2025, saat kebijakan tersebut mulai berlaku secara efektif. Ketidakpastian ini menggerogoti kepercayaan terhadap aset-aset AS, yang pada gilirannya menyebabkan pelemahan pada mata uang, obligasi treasury, dan pasar saham Wall Street. Selain itu, kekhawatiran fiskal juga muncul akibat rancangan undang-undang pengeluaran besar-besaran dan pemotongan pajak yang diusulkan oleh Trump.
Di sisi domestik, penguatan rupiah terhadap dolar AS juga dipengaruhi oleh tercapainya kesepakatan dagang antara Presiden Trump dengan Presiden Prabowo Subianto. Kesepakatan ini diklaim sebagai kesepakatan yang saling menguntungkan bagi kedua negara. Namun, di balik klaim tersebut, terdapat kekhawatiran yang disuarakan oleh para ekonom terkait potensi risiko yang mungkin timbul. Risiko-risiko tersebut meliputi ketimpangan perdagangan dan ancaman terhadap kedaulatan energi dan pangan nasional.
Kesepakatan tarif antara Indonesia dan AS diumumkan langsung oleh Presiden Trump melalui platform media sosial Truth Social. Dalam pengumumannya, Trump menyebutkan bahwa ia telah berunding langsung dengan Presiden Prabowo. Trump menyatakan bahwa Indonesia akan membayar tarif sebesar 19 persen atas semua barang yang diekspor ke Amerika Serikat. Sebaliknya, ekspor AS ke Indonesia akan bebas dari tarif dan hambatan non-tarif.
Selain kesepakatan tarif, Indonesia juga berkomitmen untuk melakukan investasi terhadap sejumlah produk Amerika Serikat. Investasi tersebut meliputi sektor energi senilai US$ 15 miliar, produk pertanian senilai US$ 4,5 miliar, dan pembelian 50 pesawat Boeing. Komitmen investasi ini diharapkan dapat meningkatkan hubungan ekonomi antara kedua negara dan memberikan manfaat bagi sektor-sektor terkait.
Namun, kesepakatan dagang ini juga menuai kritik dan kekhawatiran dari berbagai pihak. Beberapa ekonom menilai bahwa kesepakatan ini dapat merugikan Indonesia dalam jangka panjang. Tarif yang dikenakan terhadap ekspor Indonesia ke AS dapat mengurangi daya saing produk-produk Indonesia di pasar Amerika. Selain itu, pembebasan tarif untuk ekspor AS ke Indonesia dapat membanjiri pasar domestik dengan produk-produk impor, yang pada gilirannya dapat mengancam keberlangsungan industri lokal.
Kekhawatiran terhadap kedaulatan energi dan pangan nasional juga menjadi sorotan. Investasi di sektor energi yang dijanjikan oleh Indonesia dikhawatirkan akan didominasi oleh perusahaan-perusahaan AS, sehingga dapat mengurangi kontrol Indonesia atas sumber daya energi. Demikian pula, investasi di sektor pertanian dikhawatirkan akan mengarah pada ketergantungan Indonesia pada impor produk pertanian dari AS, yang dapat mengancam ketahanan pangan nasional.
Pemerintah perlu melakukan kajian mendalam dan transparan terkait dampak kesepakatan dagang ini terhadap perekonomian Indonesia. Langkah-langkah mitigasi perlu disiapkan untuk mengatasi potensi risiko yang mungkin timbul. Selain itu, pemerintah juga perlu memastikan bahwa kesepakatan ini tidak mengorbankan kepentingan nasional dan kedaulatan negara.
Penguatan rupiah pada hari Jumat memberikan sedikit harapan di tengah ketidakpastian global. Namun, tantangan yang dihadapi oleh perekonomian Indonesia masih cukup besar. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah antara lain:
- Memperkuat fundamental ekonomi: Pemerintah perlu terus berupaya untuk memperkuat fundamental ekonomi Indonesia, termasuk menjaga stabilitas makroekonomi, meningkatkan daya saing industri, dan memperbaiki iklim investasi.
- Mendorong ekspor: Pemerintah perlu mendorong ekspor Indonesia ke berbagai negara, termasuk ke negara-negara selain AS. Diversifikasi pasar ekspor dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada satu negara tertentu dan meningkatkan ketahanan ekonomi.
- Mengendalikan impor: Pemerintah perlu mengendalikan impor barang-barang konsumsi dan mendorong penggunaan produk-produk lokal. Hal ini dapat mengurangi defisit neraca perdagangan dan memperkuat industri dalam negeri.
- Menarik investasi asing: Pemerintah perlu terus berupaya untuk menarik investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia. Investasi asing dapat meningkatkan kapasitas produksi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan transfer teknologi.
- Menjaga stabilitas sistem keuangan: Pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus bekerja sama untuk menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia. Hal ini dapat mencegah terjadinya krisis keuangan yang dapat mengganggu perekonomian.
Dengan mengambil langkah-langkah yang tepat, pemerintah dapat menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Selain itu, pemerintah juga perlu terus berdialog dengan para pelaku usaha dan masyarakat untuk mendapatkan masukan dan dukungan dalam menjalankan kebijakan ekonomi.
Penguatan rupiah pada hari Jumat merupakan sinyal positif, namun perjalanan masih panjang. Kerja keras dan koordinasi yang baik antara pemerintah, Bank Indonesia, pelaku usaha, dan masyarakat diperlukan untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Pemerintah harus bisa meyakinkan pasar bahwa fundamental ekonomi Indonesia kuat dan mampu menghadapi tantangan global yang ada. Dengan demikian, kepercayaan investor akan meningkat dan nilai tukar rupiah akan semakin stabil.
